Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jengis Khan, si Bengis dari Mongolia

19 Oktober 2019   23:00 Diperbarui: 19 Oktober 2019   23:55 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jengis Khan, Penakluk Dunia dari daratan Mongol (Foto : simple wp.org)

Lihat saja ketika mereka berhasil mengalahkan kesultanan Islam, seperti Kota Khwarezm, satu demi satu, termasuk Bukhara, Samarkand, dan Urgench, di mana kebudayaan dan peradaban yang sudah lama dibangun negeri itu habis diluluh-lantakkan oleh gerombolan Jengis Khan.

Serba Misterius

Nama besar Jengis Khan, yang berhasil membangun imperium besar didaratan Mongolia (hampir menguasai semua daratan Tiongkok), mirip cerita Alexander The Great, kaisar terkenal Eropa, yang hidup antara tahun 356 - 323 SM. Sejarah mencatat, Alexander menjadi prnguasa dikawasan Macedonia. Keduanya merupakan kaisar agung (the great imperium) dizamannya masing-masing.

Keduanya sama-sama memiliki ambisi yang kuat. Bedanya, Alexander menguasai kawasan Barat ke Timur, dari Eropa hingga anak benua Hindia. Sedang Jengis Khan menguasai kawasan berbeda, dari Timur ke Barat. Kawasan Asia Timur hingga daratan Eropa. Keduanya sama-sama berjiwa penakluk, bengis dan kejam. Bedanya, yang satu berkuasa saat dunia masih sangat primitive (sebelum mesihi), sedang satunya saat dunia mulai berkebudayaan dan berperadaban.

Karena gigihnya Jengis Khan berhasil menguasai lebih separo daratan Tiongkok. Penaklukan dunia ia lakukan dari atas pelana kuda. Kisah hidupnya menjadi legendaris, yang selalu diwarnai penyanderaan, cucuran darah, cinta dan balas dendam. Dalam perkembangannya, Jengis Khan berhasil menguasai kawasan bumi ini, hampir semua kawasan Samudera Pasifik, dan Laut Kaspia.

Suatu hari, satu peleton pasukan perangnya, membawa jenazah Jengis Khan, menuju kampung halamannya. Selama perjalanan, pasukan ini membunuh siapa saja yang ketemu dijalan, semata untuk melindungi lokasi penguburan pimpinannya. Hingga kini, tak satu pun bisa memastikan, dimana pusaranya. Penduduk yang tahu pun tak berani bercerita. Takut menerima kutukan. Karena jika diketahui, mereka yakin dunia akan kiamat. Ada dugaan, munculnya perang hebat di Eropa Timur tahun 1941, melalui serangan Nazi ke Rusia, karena faktor ini.

Sejumlah ekspedisi dari luar Mongol terus mencoba mencarinya, hatta dengan menggunakan teknologi modern, dari luar angkasa, dengan menggunakan pengindraan satelit, juga tetap gagal. 

Nama Jengis Khan begitu fenomenal.  Namanya sangat populer. Gambarnya juga dipajang dilembaran uang. Minuman vodka juga memasang stiker-nya. Masyarakat Mongol memang sangat menghargai pemimpinnya. Mereka juga sangat bangga akan negaranya. Fotonya banyak dipajang menggantung didinding rumah, atau permadani tempat duduk. Belum terbongkarnya kubur Jengis Khan menandakan taatnya mereka pada pemimpinnya. 

Artinya, meski penakluk dunia ini terkenal bengis dan kejam, yang tak segan membumi-hanguskan perkampungan musuh yang sudah ditaklukkan, penghormatan penduduk tak pernah runtuh ditelan masa. Nampaknya, warga selalu menghormati kaisarnya seperti nabi umat beragama. 

Sebagai kaisar agung, dalam setiap penaklukan kaisar selalu membunuh semua laki-laki. Sedang perempuan dijadikan gundik. Tak kurang 16 ribu perempuan dijadikan gundik, dan tak kurang 16 juta orang  keturunannya. Siapa mereka ? Bisa saja kita termasuk diantaranya. Itulah hebatnya Jengis Khan, penakluk dunia yang fenomenal. Ia juga dikenal sebagai kaisar yang sangat misterius, hingga sekarang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun