Mohon tunggu...
Syarafina Ilma
Syarafina Ilma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa Universitas Airlangga

hope

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari

Potensi Serealia Indonesia

7 Juli 2022   14:39 Diperbarui: 7 Juli 2022   15:05 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konflik Rusia-Ukraina yang kian memanas mulai berimbas pada sektor pertanian global. Ukraina yang mendapat julukan sebagai keranjang roti dunia telah menghentikan ekspor gandum untuk sementara waktu. Organisasi Pangan Dunia (FAO) menyatakan, keputusan tersebut mengancam stabilitas pangan di berbagai negara. Terlebih, Ukraina adalah pemasok lebih dari 10 persen kebutuhan gandum dunia. Ukraina juga merupakan pemasok gandum terbesar kedua bagi Indonesia. Sekitar 26 persen dari total kebutuhan gandum Indonesia dipenuhi Ukraina. Tercatat selama periode 2017-2021, terjadi peningkatan nilai impor biji gandum dari Ukraina hingga 124 persen. Fakta ini sealant dengan pesatnya perkembangan industri tepung terigu di Indonesia. Volume total impor gandum untuk pangan pada 2020 mencapai 10,2 juta ton.

Gandum juga menjadi salah satu bahan baku penting untuk produksi pakan ternak. Sayangnya, harga jagung di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia. Ketersediaan jagung dalam negeri terkadang juga sulit dipastikan. Tak ayal jika industri pakan menggunakan bahan baku lain dengan harga lebih rendah, tetapi tetap memenuhi kebutuhan nutrisi dalam ransum pakan. Gandum merupakan salah satu komoditas yang dominan dipilih oleh industri pakan untuk substitusi jagung. Harga gandum impor dinilai lebih murah dibandingkan harga jagung dalam negeri. Volume total impor gandum untuk pakan pada 2020 berkisar 300.000 ton. Volume ini diproyeksi terus meningkat seiring perkembangan usaha peternakan di Indonesia.

Potensi serealia

Iklim memang telah menjadi faktor pembatas utama dalam penanaman gandum di Indonesia. Penelitian dan pengembangan gandum di Indonesia terus dilakukan agar dapat mengurangi tingkat ketergantungan gandum impor. Kajian mengenai varietas gandum yang cocok dan optimal untuk ditanam di negara iklim tropis terus dieksplorasi oleh peneliti kita. Dengan kebutuhan gandum dalam negeri yang terus meningkat, situasi konflik Rusia-Ukraina menjadi tantangan bagi Indonesia untuk mendapatkan substitusi negara produsen gandum. Momentum ini perlu menjadi refleksi bagi kita untuk menilik potensi serealia dalam negeri, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan pakan. Beberapa komoditas serealia tentunya selain beras, gandum, dan jagung yang perlu dipertimbangkan yaitu sorgum dan jelai. Lima komoditas serealia tersebut masuk ke dalam serealia terpenting di dunia.

Indonesia konsisten mengimpor sorgum selama 20 tahun terakhir. Pemanfaatan sorgum lebih dominan sebagai pengganti jagung untuk bahan baku pakan ternak. Masih sedikit masyarakat Indonesia yang mengenal sorgum, sehingga pemanfaatannya untuk pangan belum berkembang. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, sentra penanaman sorgum di Indonesia terdapat di Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, dengan luas area tanam tertinggi di Jawa Tengah. Sayangnya, luas penanaman sorgum di Indonesia dari waktu ke waktu terus menurun dengan tingkat penurunan rata-rata 1,5% per tahun. Selama periode tersebut, 80 persen dari total areal produksi sorgum belum menjalin kemitraan dengan industri, sehingga sorgum semakin sulit berkembang di Indonesia.

Selanjutnya yaitu jelai yang juga telah diakui dunia sebagai pengganti potensial untuk beras dan gandum. Indonesia telah mengimpor jelai sejak 1970-an dalam kuantitas yang fluktuatif dan terbatas untuk bahan baku pakan ternak. Luas tanam jelai di Indonesia masih sangat rendah. Masyarakat umumnya menanam jelai sebagai tanaman pagar pekarangan saja. Meskipun tidak tersedia data spesifik mengenai luas tanam jelai (bahkan dari Kementerian Pertanian), beberapa sumber kredibel menyatakan jelai paling banyak ditemukan di Jawa Barat dan beberapa daerah di Kalimantan.

Setali tiga uang dengan sorgum, informasi tentang jelai masing sangat sulit ditemukan bahkan di situs resmi Kementerian Pertanian atau lembaga penelitian terkait. Hal tersebut menunjukkan penanaman dan pemanfaatan jelai di Indonesia masih sangat minim. Hingga saat ini, sorgum dan jelai belum masuk ke dalam statistik pertanian yang dirilis Kementerian Pertanian. Artinya, komoditas tersebut masih belum menjadi prioritas pengembangan oleh pemerintah. Padahal, potensi pengembangan sorgum dan jelai di Indonesia sangatlah besar, Baik sorgum maupun jelai sama-sama dapat dimanfaatkan untuk pemenuhan pangan dan pakan. Bahkan dari aspek penanaman, sorgum dan jelai lebih mudah untuk dikembangkan daripada gandum.

Penelitian dan pengembangan gandum di Indonesia, sebaiknya perlu dibarengi dengan penelitian dan pengembangan komoditas serealia lainnya terutama sorgum dan jelai. Langkah ini juga menjadi bagian penting dari diversifikasi pangan dan bahan baku pakan dalam negeri. Untuk merealisasikan hal tersebut, perlu kerangka kerja yang integratif serta keterlibatan aktif dari berbagai pihak. Petani perlu diberikan pendampingan, industri pengolahan pangan perlu didorong untuk memproduksi makanan berbahan baku sorgum dan jelai, industri pakan perlu didorong untuk bermitra dengan petani sorgum dan jelai untuk tujuan hilirisasi, masyarakat perlu diberikan sosialisasi untuk mengenali dan mengkonsumsi sorgum dan jelai. Tak kalah penting, pemangku kebijakan perlu menyusun regulasi terkait.

Kita tentu berharap konflik Rusia-Ukraina segera tertangani dan selesai, sehingga stabilitas situasi global dapat terjaga. Namun demikian, sangat penting bagi kita membangun kemandirian bangsa terutama untuk sektor pertanian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun