ada pungli di NKRI
bukan baru tapi sudah basi
beranak pinak lalu menjadi korupsi
dilakukan pengusaha dan pejabat tinggiÂ
pungli dan pungli
bukan hanya terjadi sekali-kali
tapi berulang-ulang setiap hari
lalu tanpa sadar menjadi tradisiÂ
pungli oh pungli
ia ada ketika pembangunan terjadi
banyak ijin tak bisa selesai dalam hitungan hari
namun ia bisa cepat selesai jika ada amplop berisi upetiÂ
pungli aduh pungli lagi
kali ini presiden RI beraksi
memelototi pungli di jajaran kantor menteri
itu yang kecil pak, yang lebih gede masih bersembunyiÂ
pungli lagi pungli lagi
tumbuh berkembang menjadi upeti
sogok sana sogok sini suap pun menjadi-jadi
berkembang menjadi penyakit kronis yang susah diobatiÂ
dari dulu aku benci kamu, hey pungliÂ
berapa sudah generasi terlibat di pusaran tanpa henti
menjadi pejabat sibuk wara wiri terus terlibat upeti
pajak, SIM, STNK, ijin,, hmm tak ada yang engkau lewatiÂ
pungli, menjadi uang rokok, uang kopi, uang permisi,
semua sahabatmu pernah menjadi menteri, walikota dan bupati
kepala dinas, kepala bagian, serendah-rendahnya kepala seksi
engkau ada di mana-mana, bahkan di sebuah desa paling sepi di negeri iniÂ
nyaris tak ada instansi yang bersih dari pungli
semua pernah merasakan hadirmu di semua lini
dulu revolusi, kini reformasi, masih saja ada pungli
entah sampai kapan pungli tak lahir lagi, dan matiÂ
wahai sodara pungli
lama sekali engkau bercokol di negeri ini
aku ingin mencekikmu hingga kamu tak bernafas lagi
ah, siapa yang peduli, aksi presiden pun kau tertawaiÂ
Jogjakarta, 12 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H