Aku tak pernah berhenti, mencari sumber suara dari kidung indah yang terus melagukan nyanyian dan tangisan bersamaan, mengingatkanku pada gelapnya malam yang berkabut di bulan lalu, ketika aku mengajakmu mengenang nostalgia silam, di dimensi tak bertuan, tempat aku dan engkau menunpahkan seluruh gejolak rindu.
Aku tak pernah bosan untuk terus melangkah, menyusuri jejak-jejak sunyi yang ditinggalkan para pejalan, juga tapa-tapak dan atsar-atrar sepi dari langkah kaki para pendaki, yang semuanya memandu seluruh gerak langkah menuju altar indah tempat engkau bersemayam dan duduk di singgasana kesabaran, ketulusan dan pengorbanan merebahkan penat di penantian.
Aku tetap akan memelihara kesabaran yang telah berjuta kali engkau ajarkan, melalui naskah-naskah penuh keindahaan, menghabiskan seluruh bab,lembar demi lembar halaman, tulisan demi baris tulisan yang berjajar rapi mengikuti kata hati yang ditulis dari balik kelambu kamar yang sepi, tempat engkau melampiaskan semua tumpah ruah kenangan silam serta harapan tentang masa depan.
Aku akan terus berjalan mengikuti gerak madah-madah hati yang selalu berbisik menyemangati untuk terus melakukan perjalanan, melupakan semua kepedihan, mengabaikan segala warna kelelahan, menjauhkan prasangka yang tidak-tidak, agar aku tetap terus memusatkan perhatian pada satu titik sasaran yang semuanya menjelma dan berada nampak jelas di hadapan.
Aku akan terus mencari bagian dari jatidiri yang hilang yang dibawa terbang menuju awan, dan sudah melakukan metamorfosa menjelma dalam bantuk rupa yang berbeda, berhias alis yang tebal, namun masih tetap melempar senyum yang menawan.
Aku akan tetap menggauli rintik pagi yang terasa menyejukkan, bergaul dengan gigil kabut yag terus menggerayangi tubuh, sambil mengingat kembali segurat wajah yang temaram ketika rekahan fajar menandai hadirnya keramaian, yang mengganti berlalunya keheningan.
Aku akan terus mengajakmu berbincang, dalam suasana hening malam, meskipun senja yang harus kita tuai bersama melabuhkan tubuhnya di dermaga petang nan teramat jauh dari pandangan, karena aku tahu betapa mahalnya nilai dari makna sebuah frasa singkat bertajuk kesetiaan.
Â
Cimalaka, Sumedang, 17 Juli 2019
Syantrie Aliefya (MS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H