Nafas pagi terantuk lagi, puan
Ia bercermin di telaga yang muram
Lusuh riam disertai gemericik ingin
Seperti sedang tergesa mengejar angin
Dan kabut Ramadhan itu begitu lembut
Semisal sisa keheningan yang berjumput
Melintasi terjalan bebukitan yang sunyi
Karena sebentar lagi ia akan melangkah pergi
Kutatap ruang maghfirah yang lengang
Ketika dimensinya terurai irama lagu malam
Lentik jemarimu menyentuh waktu yang kini sendiri
Seperti kekosongan yang ditinggalkan para penghuni
Hanya butiran yang jatuh satu persatu
Tak berderai namun memecah bilik-bilik rindu
Sungguh waktu tak pernah lagi kembali
Sehingga ia tak bisa kutatap lagi
Dan ia pun bergegas pulang
Menoleh sedikit lalu menghilang
Meninggalkan setumpuk kenangan
Yang tak pernah bisa kulupakan
Cimahi, 03 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H