Selamat malam Mas / Mbak admin K
Sekedar memberikan tambahan untuk artikel atau tulisan sahabat Kompasiana Yon Bayu yang memberitakan kesedihannya ketika artikelnya dihapus oleh admin, seperti tulisannya yang bertajuk Ada Apa KompasianaÂ
Tak perlu heran, juga tak perlu sedih, laa tahzan, sebab dalam bayangan saya desk IT di kompasiana yang melulu memelototi perihal kemajuan dan perkembangan sluruh rubrikasi di kompasiana masih melakukan optimasi sistem yang nota bene sudah lama (dalam hitungan saya).
Hari ini saya juga mencermati tulisan sahabat Sibenyu yang berjudul Prabowo Subianto Terlalu Jauh Menuduh Makar. Berkali-kali saya buka link urlnya, karena masih gagal terus dicoba berpindah ke browser lain, eh ternyata masih eror juga gak bisa kebuka, eh salah, bisa kebuka tapi kontennya nul alias kosong.
Kejadian ini juga saya alami, pada tulisan yang saya publish berjudul Sebab Nestapa Masih di Puncak Prahara, juga mengalam nasib sama, cuma agak berbeda sedikit, yaitu di masalah pelabelan, saat dipublish pertama kali, label puisi nongkrong di sebelah atas kiri gambar, kurang lebih satu atau dua jam kemudian, diberi label highlight, dan entah kenapa sekitar tiga jam kemudian label highlightnya hilang. Yang lebih aneh lagi di statistik jumlah tulisan yang diberi label pilihan berjumlah 100, mestinya jika tulisan terakhir label highlightnya dicabut, maka secara otomatis jumlah statistik tulisan yang diberi atribut pilihan akan berjumlah 99 atau berkurang satu.
Penasaran dengan pelabelan, saya mencoba menelusuri tulisan lainnya dan ternyata beberapa tulisan yang tadinya diberi atribut pilihan atau highlight terlepas. Â Dari seringnya kejadian ini terulang, saya sangat memahami jika kemudian beberapa penulis memilih diam seribu bahasa dan beralih menjadi silent reader. Jika pun ada yang masih mencoba aktif di antaranya memberikan komentar sambil berteriak gak bisa vote. hheeuuhhh.
Saya khawatir kejadian ini terulang terus menerus di kompasiana, sehingga akan berpengaruh pada jumlah pengunjung yang rata-rata adalah relawan penulis di kompasiana. Dan tentu saja mereka memendam kecewa, dan saya kepikiran kalau saja ada unjuk rasa mungkin unjuk rasa gaya didgital bisa dilakukan di sini di lapak kompasiana, dan tak harus menunggu perayaan lebaran kuda.Â
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H