inilah jogja
yang menjadi kota kedua
entah kenapa jiwaku di sanaÂ
masih di tempat yang sama
pijak kaki tercecer di sana
tempat leluhur merupa jiwaÂ
ada haru menjadi debu
seolah mimpi berkali-kali beradu
entah sudah berapa kali ditikam rinduÂ
Jogja-ku yang nyaman
redup matra bersemayam
tak ada geram, betapa terpendamÂ
betapa terhanyut raga
menggiring kedua kaki di pusat kota
hai Jogja, sebentar lagi aku pulang juaÂ
kota ini istimewa
selesai menata cagar budaya
warga dunia lalu lalng di sanaÂ
ah Jogja, andaikata tubuh ini
ditakdirkan terlahir di sini
aroma ini akan terus kunikmatiÂ
Jogja, 11 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H