Saat senja menawan kala
langkah Ibrahim lemah terbata
raga kering kerontang penuh luka
dalam lubuk dadanya ada yang sirna
ketika sirna mengelupas rembulan
dan malu menyingkapkan tabir siang
benderang siang diwarna api mentari
lalu mentari lenyap karena tahu diri
diri yang akhirnya merendah tak berdaya
di hadapan Dzat yang tak pernah melenyap
terucap pasrah terjulur lisan yang kalah
mengakhiri pencarian dengan risalah kepasrahan
kisahmu, duhai Nabiyallah, kekasih Allah
jadi mutiara abadi membesarkan sejarah mekkah
apresiasi tertinggi dari Sisi Rahimiyah Allah
memposisikan dirimu menjadi keluarga Allah
duhai Nabiyullah Ibrahim alaihis salam
wahai Kekasih Allah atasmulah keselamatan
Pengorbananmu memilih Tuhan
merobek langit semesta alamÂ
tak ada derita perjalanan pencarian
sedahsyat kisah perjalananmu yang panjang
tak ada pengorbanan terbesar sepanjang peradaban
selain mengabaikan kasih sayang pada anak tersayang
Engkaulah Nabi yang memerdekakan perbudakan
dari belenggu kasih sayang menuju kepasrahan pada Tuhan
tingginya keikhlasan, mulianya pengorbanan perasaan
menjadikanmu penuh kelayakan menjadi teladan
Salaamun 'alaika Ya Khaliilallaah, Ibraahiim.
Bandung, 11 September 2016
Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1437 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H