Mohon tunggu...
Syantrie Aliefya
Syantrie Aliefya Mohon Tunggu... Administrasi - Wiraswasta

Penggemar Puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

411 dan 212

3 Desember 2016   17:26 Diperbarui: 3 Desember 2016   18:01 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: Republika Online

empat satu satu
berkembang menjadi dua lima satu satu
beranak pinak menjadi dua satu dua
semua berawal dari kata dan aksara 

empat satu-satu
didominasi damai menghias negeriku
namun tampak juga yang ambigu
empat satu-satu menjadi dua lima satu satu 

empat satu-satu
bersatu melambang maju
satu rasa satu cita satu cinta
hati bergerak menjadi satu 

empat satu-satu
telah menjadi coretan sejarah bangsa
tak dikira, tak dinyana, tak diduga
empat satu-satu dikawal Yang Maha Satu 

empat satu-satu
telah menjadi dua satu dua
sungguh di sana tak ada lebaran kuda
yang ada hanya takbir untuk Yang Maha Ada 

dua satu dua
bukan hanya hasil kinerja pemimpin bangsa
bukan hanya banting tulang para pendo'a
ia dikawal sesungguhnya oleh Pemilik semesta 

dua satu dua
bukan lagi demonstrasi penuh intrik penuh aksi
ia menjadi senafas dengan jiwa Islam NKRI
sarat keteladanan dari jiwa-jiwa terpuji 

dua satu dua
sudah dicatat dalam sejarah bangsa
tentang bagaimana bersikap ksatria
mendo'akan rumah bangsa bernama Indonesia

Bandung, 03 Desember 2016

dipublikasikan juga di blog pribadi: Inpirasi Secangkir Kopi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun