Mohon tunggu...
Syantika
Syantika Mohon Tunggu... Freelancer - Ayo menulis

Menulis ternyata asyik

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bajakah dan Tumor Rahim Sahabatku

12 Oktober 2020   15:48 Diperbarui: 12 Oktober 2020   15:53 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar satu tahun yang lalu viral berita tentang penemuan obat kanker dari tumbuhan bajakah, yang tumbuh di hutan tropis Kalimantan Tengah. 

Penemuan atau lebih tepatnya presentasi ilmiah ini membawa Yazid, Aysa dan Anggina, yang merupakan siswa-siswi SMUN. 2 Palangka Raya menjuarai lomba World Invention Creativity Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan pada akhir bulan Juli 2019, mengalahkan peserta dari 22 negara lain, setelah sebelumnya memenangi lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Mungkin ada  yang belum tahu apa dan bagaimana sebenarnya tumbuhan bajakah, baiklah saya jelaskan sedikit bagi para pembaca yang budiman.   

Bajakah adalah tumbuhan berbentuk sulur yang hidup di hutan tropis Kalimantan. Ukuran batangnya berdiameter sampai sekitar 6 cm, panjangnya bisa mencapai lebih dari 5 meter, melilit dan menggantung pada pohon-pohon besar. Sering digunakan oleh penduduk Kalimantan Tengah sebagai obat dengan cara minum air rebusan batang. Orang juga menyebut batang yang melilit ini sebagai akar Bajakah.

Bajakah memang sudah puluhan tahun diakui khasiatnya oleh masyarakat lokal suku Dayak Kalimantan Tengah sebagai penyembuh kanker, tumor, daging tumbuh, bisul dan berbagai penyakit lain. 

Awalnya saya tidak begitu mempercayai hal itu, sampai  suatu kejadian yang dialami oleh seorang sahabat membuka mata saya bahwa ternyata hutan Kalimantan Tengah ini tidak hanya memiliki kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh negara lain tetapi juga sumber obat-obatan untuk segala macam penyakit yang sangat dibutuhkan umat manusia.

Baiklah saya cerita dulu ya. Namaku Santi. Kejadian ini terjadi di tahun 2008. Aku memiliki seorang sahabat sejak SMU kami selalu berhubungan baik sampai saat ini. Via telepon,  BBM (dulu belum ada WA) atau terkadang jika kami saling rindu kami janjian bertemu sambil ngopi bicara ngalor ngidul tentang segala sesuatu. 

Terkadang  kami tidak berhubungan selama kurang lebih tiga bulan, karena aku yang sebelumnya tugas di Palangka Raya dipindahtugaskan ke Sampit. Sahabatku  itu sebut saja namanya Rika berdomisili di Palangka Raya.

Suatu hari Rika menelponku dan memintaku datang kerumahnya " Santi sahabatku, aku sakit, pulanglah ke Palangka Raya" katanya. Maka saat libur akhir pekan pun kusempatkan waktu untuk bertandang kerumahnya.

Saat ku memasuki kerumahnya kurasakan suasana rumah yang muram dan aku kaget sekali melihat perubahan yang terjadi pada Rika. Tubuhnya yang dulu agak gemuk  sintal mengurus dan layu, wajahnya sayu lelah dan tampak suram. Seolah disambar geledek tubuhku bergetar saat mendengar kata-kata lirih keluar dari bibirnya yang pucat,

"Aku kena tumor rahim, dokter kandungan memintaku segera operasi karena sudah sebesar genggam tangan tapi aku sudah bersumpah sampai akhir hayatku tidak sudi tubuhku kena pisau operasi. "aku menangis sambil memeluknya... sesaat kemudian dilepaskannya pelukanku... 

"Jangan lama-lama dekat aku, tubuhku bau, sudah 4 bulan ini darah keluar terus menerus tiada henti... Awalnya kukira menstruasi tapi lama kelamaan tambah banyak besar-besar beku jatuh saat kupipis dan buang air besar dan berbau busuk ... Mungkin umurku tidak akan lama lagi...."kata Rika sambil menatap putranya yang masih  berusia satu tahun  yang tertidur nyenyak dikursi.

Aku menepuk lengannya sambil menghiburnya "Jangan putus asa Rika sayang, Kamu percaya masih ada keajaiban ? Tuhan itu baik, mintalah maka akan diberi . Jika kamu meminta sembuh dengan sepenuh hati maka kamu pasti sembuh"  kataku kepadanya.

" Eh suamimu kemana" tanyaku?  

Rika pun bercerita bahwa suaminya sedang pergi ke pedalaman kampungnya mencari akar kayu untuk campuran akar Bajakah obat penyakitnya itu. 

Saat kutengok dapurnya kulihat beberapa karung  kayu bajakah dan akar  lainnya bertengger dipojok dapur. Jika akar-akaran obat itu sudah sisa 1 karung, suami Rika yang penuh kasih itu pergi lagi kepedalaman mencari akar kayu Bajakah bersama kayu-kayu obat lainnya. "Kasihan suamiku, dia yang penuh semangat bersusah payah mencari obat akar kayu untukku"  katanya lirih sambil matanya menatap hampa kedepan.

 Semenjak di vonis dokter bahwa harus operasi, Rika tidak pernah ke dokter lagi dan satu butir obat dokter pun tak pernah dikonsumsinya. Memang keras hati sahabatku ini, tidak bisa dinasihati kalau sudah memutuskan sesuatu.

Begitulah pembaca yang budiman, hari demi hari berlalu karena kami berjauhan beda kota dan pekerjaanku cukup menyita waktu sehingga kalau aku pulang ke Palangka Raya akhir pekan kuhabiskan dengan suami dan anak-anakku jadi kami hanya berteleponan menanyakan kesehatannya dan aku selalu menghibur dan terkadang aku tengok Tika kerumahnya untuk memberi semangat hidup kepadanya.

Lima bulan berlalu saat kupulang ke Palangka Raya aku  ditelpon oleh Rika. "Aku rindu kamu San, " katanya. Aku pun segera meluncur kerumahnya. Disitu aku kembali terheran-heran karena wajah sahabatku itu tampak sumringah dan segar. "Oh sahabatku tersayang kamu tampak segar senangnya hatiku... sudah sembuh kah kamu Tik ? "tanyaku . Lalu dia bercerita bahwa sudah satu bulan tidak pernah keluar darah lagi tubuhnya berangsur sehat. 

Aku disuguhinya teko minuman berisi rebusan Bajakah  dicampur beberapa akar lainnya. ""Ayo diminum Santi sayang,  sebagai pencegahan tumor kanker" katanya dengan penuh semangat. 

Dia bercerita bahwa sudah delapan bulan ini tidak pernah minum air putih, hanya rebusan air Bajakah itu yang dikonsumsinya pagi siang dan malam. Maka setiap kali aku bertandang menengoknya selalu aku disuguhi minuman rebusan akar kayu itu.

Kurang dari 1 tahun  sahabatku Tika sembuh dari sakitnya, tumor itu hilang lenyap dari rahimnya. Dan hebatnya lagi  sekarang sudah bisa maaf, berhubungan intim lagi dengan suaminya meskipun agak basah katanya sambil tertawa kecil. Puji Tuhan, Engkau memang sungguh Tuhan yang luar biasa yang sanggup membolak-balikkan keadaan. Jadi sekarang apa yang kuragukan lagi tentang Bajakah ...

Sesungguhnya semua obat ada disekitar kita, berbentuk tanaman yang sudah Tuhan sediakan bagi kita umatnya, tinggal kita manusia yang pandai-pandai belajar cara menggunakannya dan memelihara hutan kita yang penuh tanaman obat bermanfaat bagi banyak orang yang membutuhkan. Save hutan Kalimantan Tengah. 

 

Sekian dulu ceritaku,  salam sehat sobat Kompasianer !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun