Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kimia yang bersifat korosif, tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam. Asam sulfat sering digunakan di industri seperti dalam pembuatan pupuk, plat timah, pengelolaan minyak, dan juga pewarna tekstil. Asam sulfat juga merupakan zat pengering yang baik dan dapat digunakan dalam pengelolahan buah-buah kering.
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida. Air asam dari hasil oksidasi ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida yang menghasilkan uap berwarna merah yang beracun. Maka dari itu penggunaan asak sulfat harus dipehatikan dan pengawasan.
Monografi Asam sulfatÂ
Asam Sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 98.0% b/b H2SO4. BM 98,07 dengan pemerian  Cairan jernih seperti minyak; tidak berwarna; bau sangat tajam dan korosif, Bobot jenis lebih kurang 1,84. Kelarutan dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, dengan menimbulkan panas.
Some Case
Pada jurnal Bahera et al,. 2016, dijelaskan bahwa  penyalahgunaan asam sulfat yang diperjual belikan dengan mudah di botol plastik dapat menyebabkan keracunan yang fatal. Karena bentuk penampilan dari cairan asam sulfat sendiri tidak berwarna dan menyerupai seperti air biasa. Di india, asam sulfat sering digunakan sebagai cairan pembersih kamar mandi, karena harga yang terjangkau dan mudah didapat. Beberapa case juga menyebutkan menyelahgunakan asam sulfat sebagai metode menghabisi nyawa.
Dampak Penyalahgunaan Asam Sulfat
Dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan asam sulfat yaitu jika tertelan korosif dan menyebabkan kerusakan mukosa oleh nekrosis koagulasi. Karena viskositas asam yang rendah bila dibandingkan dengan basa, mereka menunjukkan transit cepat dari kerongkongan ke lambung dan menyebabkan kerusakan kerongkongan yang lebih kecil dan pada saat yang sama, kerusakan lambung yang jauh lebih besar.
Cairan tidak berwarna yang dapat menyebabkan luka bakar kimiawi yang serius saat bersentuhan dengan jaringan hidup. Tingkat luka bakar tergantung pada berbagai faktor seperti konsentrasi asam, volume, durasi kontak dan luas permukaan tubuh yang terlibat. Luka bakar terjadi akibat hidrolisis amida dan ester dari protein dan lemak. sifat korosif ditambah dengan panas yang dihasilkan dari tindakan dehidrasi pada karbohidrat yang menghasilkan luka bakar termal sekunder (Behera et al., 2016).
Maka dari itu, penggunaan asam sulfat harus dengan bijak dan pengawasan guna menjaga keaman bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H