Mohon tunggu...
Zahra Nissa
Zahra Nissa Mohon Tunggu... -

seorang pemimpi sabana kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku, Dulu

22 April 2014   00:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

istana pasir karib memasung keluh
pelepah-pelepah nyiur jadi kanvas setengah hitam
tergores pena tak bertinta
dan gemuruh dari tengah sana tak kunjung surut
menghantam setiap dinding-dinding karang serupa batin
mengoyak alam pikir!
ketika tradisi terpangku besi

setengah pasir waktu mengabarkan,
buih berubah menjadi riak mengejar harap di bibir pantai kemerdekaan
angin baru mula membelai cita
jadikannya setangkup terang
dalam gulita rongga terpasalkan
: yang tua lalu

itu aku, dulu
saat sanggul dan sarung tersekat tabu
lalu 'ku urai sebagiannya,
jadilah aku, sekarang
tak ada jari lentik yang "hanya"
sekarang adalah sama
duduk semeja dalam jamuan nafas kehidupan
: lupakan kegelapan terbitkan terang

(ketika beda terkadang indah, dan sama timbul petaka. tapi semua adalah realita)

Prameswari
Smg, 21 April 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun