Umar bin Khattab merupakan salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw yang menjadi khalifah kedua yang memerintah dari tahun634 hingga 644 M. Ia adalah salah satu dari empat khalifah yang diberi petunjuk (Khulafa al-Rasyidin).
Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang pemimpin yang terjun langsung melihat kondisi rakyatnya. Ia seolah-olah tidak pernah merasakan lelah untuk mengetahui nasib warganya. Suatu ketika Umar mengadakan blusukan, ia menemukan tenda yang di depannya ada api yang menyala. Ia pun menghampirinya dan ternyata ada seorang ibu dan anak-anaknya. Ketika Umar bertanya perihal apa yang dimasaknya, ibu itu pun mengatakan bahwa dirinya sedang memasak batu untuk mengelabui anak-anaknya yang menangis karena kelaparan. Umar pun sedih dan menyalahkan dirinya, karena sebagai seorang khalifah (baca: pemimpin) yang tak mampu membuat warganya sejahtera. Akhirnya ia kembali ke istananya dan mengambil karung gandum untuk diberikan kepada ibu tersebut. Tak cukup sampai di sini perbuatan mulianya, ia pun memasak dan menyuguhkannya kepada mereka. Melihat ibu dan anak-anaknya senang dan gembira, ia pun baru bisa tenang pikirannya.
Ketika kita berpikir sejenak, maka kita akan mengetahui bahwa apa yang dikerjakan oleh Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Joko Widodo itu memiliki kemiripan seperti yang dilakukan oleh Umar bin Khattab. Jokowi begitu panggilan akrabnya, merupakan pemimpin yang mempunyai hobi blusukan. Ia dikenal terjun langsung mengelilingi kota Jakarta, dan melihat kondisi rakyatnya. Ia tak peduli, baik pagi, siang, sore bahkan malam sekalipun mengunjungi berbagai tempat. Perbuatan mulia ini dilakukan tanpa rencana, protokoler dan tidak ada pembatas antara diri dan warganya. Dia bebas bergerak untuk bertatap-muka bahkan berdialog dengan warganya. Tak jarang banyak warga yang curhat kepada pemimpin yang merakyat itu.
Bagi mantan Wali Kota solo, blusukan merupakan salah satu cara yang penting untuk mengetahui problematika yang dihadapi oleh rakyatnya. Selain memikirkan persoalan yang dihadapi Jakarta baik banjir, macet dan lainnya. Bagi Jokowi, blusukan merupakan salah satu cara mengontrol atas instruksi yang ia berikan untuk memperbaiki sarana dan prasarana penduduk,apakah hal itu semua sudah direalisasikan atau belum oleh bawahannya.
Blusukan Jokowi ala Umar bin Khattab itu, ternyata menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Bagi yang kontra, blusukan yang dilakukan Jokowi hanyalah pencintraan politik saja. Masyarakat tidak perlu didatangi begitu saja tanpa ada solusi. Sedangkan bagi yang pro, pemimpin sepertinya sangat diharapkan oleh masyarakat Indonesia yang sudah krisis kepemimpinan seperti saat ini. Ternyata masih ada sosok anak desa yang menjadi pemimpin yang masih mengerti tentang kondisi rakyatnya. Mayoritas pemimpin sekarang hanya terima laporan dari bawahan dan bersantai ria di kantor.
Bagi masyarakat yang merindukan sosok Umar bin Khattab, mereka sudah merasa sedikit terobati dengan hadirnya sosok Jokowi. Sebab gebrakan yang ia lakukan melalui blusukan baik saat menjabat sebagi Wali Kota Solo sampai menjadi Gubernur DKI sudah membawa kesejukan bagi sebagian masyarakat. Jokowi dengan kesederhanaannya memberikan keteladanan bagi para pemimpin, untuk mendengarkan suara rakyatnya secara langsung, bukan melalui bawahan apalagi media. Hal itulah karakter blusukan Jokowi yang mempunyai kemiripan dengan Umar bin Khattab. Semoga mampu menginspirasi bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H