Mohon tunggu...
Syamsurijal
Syamsurijal Mohon Tunggu... Guru - Penulis lepas

Seorang penulis lepas dan pemikir bebas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Corona

21 April 2020   05:31 Diperbarui: 21 April 2020   05:45 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tidak ada yang sia-sia, semua peristiwa memiliki hikmah yang agung. Demikian juga korona. Korona tidak hanya dilihat dari segi medis dan bahaya laten peradaban manusia, tetapi juga dilihat sebagai pembawa pesan.

Korona sebagai virus dan pandemik global. Dari sisi ini, kita diajak untuk memperhatikan kembali hidup kita, nilai, dan harga diri kita sebagai manusia. Sehingga tidak menyepelekan anugerah kesehatan yang Tuhan berikan dan memaksimalkannya fungsi kesehatan tersebut untuk kemaslahatan.

Korona dari sisi sosiologis. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan orang lain. Kita menyadari bahwa kehadiran mereka yang bekerja di pabrik-pabrik masker dan handsanitizer teramat penting akhir-akhir ini.

Dengan nilai kehadiran mereka (pekerja pabrik) saat ini, kita tidak lagi menganggap mereka sebagai pekerja kasar dan rendah. Pejabat dan pemangku kekuasaan juga harus mulai berani memperhatikan nilai diri dan pekerjaan mereka dengan melindungi nasib dan kesejahteraan mereka sebagai buruh (pekerja pabrik) secara keseluruhan.

Selain itu, kehadiran korona adalah menguji empati dan simpati manusia. Apakah dengan hadirnya korona, para pedagang akan mempertahankan harga masker dan handsanitizer dengan harga normal atau akan memberlakukan hukum pasar; jika kebutuhan meningkat dan barangnya langka akan berpengaruh pada harga barang.

Korona dari segi politik. Katakanlah korona benar hasil daripada konspirasi dan persiapan senjata biologi serta perang virus di masa depan itu. Berarti kekuatan pertahanan dan kesiapan kita menghadapi ancaman perang dengan senjata biologi sangat lemah.

Negara harus mulai berpikir untuk membangun sistem pertahanan yang lebih canggih daripada hanya sekedar berbicara pertahanan fisik.

Korona dari segi agama. Kita harus berani mengakui kesalahan dan kekeliruan kita masing-masing dan bertaubat kembali kepada Allah. Kita harus mengakui diri kita kecil dan tidak berguna, agar kita terus memperbaiki diri secara terus-menerus. Dalam agama, manusia diharapkan terus belajar dan menarik ibrah dari segala kejadian dan peristiwa untuk terus dekat dengan Allah.

Korona adalah pembawa pesan dan peringatan, agar manusia rajin bercermin dan berkaca diri. Kesombongan, keangkuhan, serta merasa paling tahu segala sesuatu harus ditinggalkan.

Tindakan kita yang didasari pada ketakaburan adalah bencana paling besar yang akan memicu bencana-bencana lain yang merusak peradaban manusia. Dengan korona, kita diajak untuk berpikir cerdas dan antisipatif, karena segala kemungkinan bisa terjadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun