Sementara Api termasuk dalam kategori barang yang memusnahkan segala segala sesuatu apabila bersentuhan dengannya. Walaupun, tidak dapat diingkari bahwa kedua unsur alam ini memiliki manfaatnya masing-masing.
Memang disadari bahwa kejatuhan Iblis bukan terletak pada unsur penyusunnya, tetapi karena sikapnya yang membangkang terhadap ketetapan dan ketentuan Allah sebagai pencipta. Iri hati, dengki, dan dendam menjadikannya jatuh terperosot jauh di bawah lembah kehinaan; emosi tidak terkontrol, kesadarannya membabi buta, Â bahkan menjadikan dirinya sebagai simbol kejahatan yang akan terus mengahantui kehidupan manusia dengan dosa.
Iblis selanjutnya mendekrasikan diri; menjadi musuh terbesar manusia dan akan terus mempengaruhi manusia serta membawa misi mendorong manusia dalam jurang kegelapan dan kehancuran.
Sementara manusia diberikan modal dasar dalam memperjuangkan nasibnya dengan potensi pengetahuan serta instrumen  untuk mengaktualkan pengetahuan potensial yang dimilikinya; indera, akal, dan intuisi. Dan, Allah menyebutkan bahwa manusia yang mudah terperosot adalah manusia yang lemah pengetahuan dan imannya.
Mulyadhi Kartanegara,  menyebut bahwa  manusia menjadi medan pertempuran antara dua kutub yang berseberangan, makanya manusia disebut mahluk moral. Manusia disebut bermoralitas tinggi apabila dia terus mempertahankan eksistensi kemanusiaannya dengan mengaktualkan pengetahuannya tentang kebaikan.
Demikian sebaliknya, manusia akan disebut bermoralitas rendah apabila manusia tersebut mengalami kejatuhan moral dan mengikuti hawa nafsu serta dorongan kejahatan Iblis. Tugas manusia adalah menuju satu tujuan dasar yaitu kemuliaan untuk mencapai derajat keutamaan sebagai manusia yang bermoralitas tinggi.
Iblis adalah simbol kedzaliman, kediktatoran, kedurhakaan, serta kerusakan struktur kehidupan. Logika berpikirnya mengacu pada fisik, keturunan, dan bahkan unsur senioritas. Watak dasarnya adalah meremehkan, merndahkan, serta menutup diri dari kelebihan orang lain.Â
Sementara manusia sebagai mahluk baru datang menentang semua keganjilan dan kecacatan asumsi sesat tersebut dalam kehidupan. Manusia menampung semua unsur di dalam tubuhnya; air, api, udara, dan tanah.
Artinya, manusia datang membawa prinsip egalitarian, pluralitas, serta mengakui keberadaan siapapun dan mengakomodir semua potensi setiap orang secara proporsional. Dengan pengetahuannya, manusia menjadi unsur netral (ummatan wasathon) Â dalam mengimbangi potensi segala mahluk Tuhan.
sejarah pertentangan ini tidak akan pernah berakhir dalam sejarah kehidupan manusia. Para Nabi setelah Adam juga mengalami kedahsyatan pertentangan dua entitas ini, bahkan ada di antara para Nabi yang bahkan mengalami kematian karena kerasnya pertentangan.
Demikian dengan kita hari juga sedang menghadapi tantangan yang sama, yaitu dominasi kekuasaan, ego-politik, Â subordinasi jender, dan monopoli ekonomi, serta penindasan terhadap kelompok-kelompok kecil.