Mohon tunggu...
Syamsul Wardani
Syamsul Wardani Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Saya seorang Guru di Sebuah SMP di ujung timur Kab. Bogor. Menyenangi menulis sejak SD.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Penghilang Dahaga Itu Bernama “Dogmit”

24 April 2015   19:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:43 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.  Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan, bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan, guru juga harus memberikan pendidikan karakter sekaligus menjadi contoh bagi penerapan karakter tersebut untuk peserta didiknya. Jika menelaah definisi guru di atas, betapa besar peranan guru dalam membentuk peserta didik. Sebagian besar  tingkat kecerdasan seorang peserta didik sangat ditentukan oleh kompetensi guru.

Untuk peningkatan kompetensi guru dapat ditempuh dengan banyak cara, diantaranya dengan peningkatan strata pendidikan, membaca buku, atau mengikuti diklat. Diklat guru menjadi salah satu cara yang bisa ditempuh untuk meningkatkan kompetensi seorang guru. Dengan mengikuti diklat, pengetahuan dan keterampilan guru di upgrade dan diperbaharui.  Sehingga kompetensi guru akan berbanding lurus dengan kemajuan perkembangan zaman.

Abad ini disebut sebagai abad teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi sangat pesat. Jika kemajuan tersebut tidak diantisipasi oleh guru, maka akan tertinggal jauh dunia pendidikan Indonesia. Karena peranan guru yang sangat penting tadi, bisa dibayangkan apabila guru-guru tidak melek IT alias Buta IT. Akan terjadi gap yang sangat lebar antara dunia nyata dengan dunia pendidikan. Bersyukur saat ini para guru ikut bergerak sesuai dengan kemajuan IT. Sehingga dunia pendidikan Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara lain.

Sungguh menggembirakan dan terobosan yang luar biasa yang dilakukan oleh Bapak Sukani, seorang guru Sebuah SMK swasta di Jakarta yang menggagas dan menjadi creator Diklat Online Guru Melek IT yang disingkat DOGMIT. Ditengah kesulitan para guru untuk mendapatkan upgrade melalui diklat, Pak Sukani tampil untuk menjawab kehausan para guru akan diklat. Dengan diklatlah guru bisa meningkat kompetensinya. DOGMIT memberi solusi bagi para guru untuk menguasai IT dan menerapkannya dalam pembelajaran. Ketika guru dapat meningkat kompetensinya melalui diklat, maka akan meningkat pula mutu pendidikan di Indonesia. Karena guru menjadi unsur penting untuk meningkatkan mutu pendidikan.

DOGMIT ibarat air yang menyejukkan dan penghilang dahaga para guru terhadap penguasaan IT. Tanpa prosedur yang berbelit-belit, anggaran yang besar dan birokrasi yang rumit, Pak Sukani membuat DOGMIT yang sangat menjawab kebutuhan para guru. Diklat DOGMIT ini bukan sekedar formalitas, bukan sekedar isi absen lalu tanda tangan SPJ kemudian pulang dengan tidak mendapatkan ilmu apapun. Tetapi DOGMIT ini bisa membentuk keterampilan para guru dalam mengajar peserta didiknya melalui pemanfaatan teknologi informasi. Lulus dari DOGMIT, guru memiliki keterampilan IT seperti membuat video pembelajaran, membuat bahan ajar berbasis ebook interaktif, membuat test online, membuat e-learning dan lain-lain. Sungguh pengetahuan dan skill yang membuat mutu guru meningkat  sehingga mutu pendidikan juga meningkat.

Saya sebagai guru Pendidikan Agama Islam (PAI) sangat antusias untuk mengikuti DOGMIT ini. Di tengah isu nasional dan internasional tentang radikalisme, multikulturalisme, dekadensi moral remaja, kerusakan akhlak, korupsi, dan kriminalitas, maka Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi tumpuan utama dalam menjawab isu-isu tersebut. Materi PAI jika disampaikan hanya dengan metode konvensional dan tradisional maka PAI akan menjadi tidak menarik bagi peserta didik. Pada akhirnya nanti, PAI tidak akan berdampak secara signifikan pada perbaikan sikap, pengetahuan dan ketrampilan peserta didik. Bahaya besar apabila PAI tidak membekas pada jiwa peserta didik. Harapan perbaikan kualitas moral generasi penerus hanya sebatas angan dan cita-cita tujuan pendidikan nasional, yaitu insan beriman dan bertaqwa tidak tercapai.

Pembelajaran PAI harus dilakukan dengan metode yang menarik bagi peserta didik. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melaksanakan pembelajaran PAI dengan berbasis IT atau multi media. Sudah terbukti bahwa pembelajaran PAI dengan multimedia meningkatkan antusiasme peserta didik. Peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan tugas-tugas berbasis multi media. Bahkan banyak peserta didik saya  yang banyak mendapat pengetahuan IT justru dari guru PAI. Mereka jadi tahu bagaimana memanfaatkan IT untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan. Ketika kita sebagai guru kompeten dan berkualitas, maka apa yang kita ucapkan dan lakukan akan diingat dan dicontoh oleh peserta didik kita. Disitulah kesempatan besar bagi kita sebagai guru khususnya guru PAI untuk menanamkan nilai-nilai akhlak bagi pembentukan karakter generasi muda yang lebih baik lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun