Â
Realitas keseharian sabar dimaknai menahan diri dari keadaan yang tidak sesuai dengan harapan, ataupun sedang dilanda musibah. Sehingga acapkali seseorang yang menderita musibah diingatkan dengan prilaku sabar agar dapat mengendalikan diri dari keadaan.
Padahal, di satu sisi substansi sabar itu adalah mampu mengendalikan diri di saat terpenuhi apa yang diinginkan harus sabar dengan dikaitkan dapat bersyukur. Demikian juga saat mana sesuatu yang belum terpenuhi haruslah mengendalikan diri menjadi bijak seraya instropeksi dimana kemungkinan sesuatu yang belum dijalankan semestinya. Dalam posisi ini sabar itu ibadah.
Sabar itu ibadahÂ
Berkehidupan itu menuntun diri dalam bingkai  menata hubungan dengan Tuhan dan hubungan antar sesama.  Entitas sabar harus menjadi integratif dari kedua pola hubungan itu,  kesabaran dan untuk melipatgandakan entitas ibadah itu sendiri ditentukan oleh rasa syukur.
Sabar sebagian dari pada iman. Sabar itu adalah satu simpanan dari beberapa simpanan surga. Keutamaan aktifitas ditentukan oleh bisikan jiwa yang membentuk asa kesabaran sampai kepada sesuatu yang tidak digemari juga di sana ada kebaikan.
Entitas sabar yang melekat pada diri setiap orang akan melahirkan diri yang pemurah dan mereka yang sabar adalah dikasihi oleh Allah. Menyadari betapa urgen arti sabar di dalam kehidupan ia dapat mengantarkan kedudukan dan derajat pemiliknya kepada yang terbaik.
Di mana subtansi sabar itu? Sebenarnya, kita luput dari pemaknaan bahwa sabar itu adakalanya bersifat badaniah misalnya menanggung kesulitan dengan badan dan tetap teguh atas kesulitan. Kita mampu bersabar menahan diri dari beratnya pekerjaan dan ibadah kita sekaligus kita acapkali gagal meneguhkan diri sabar dalam jiwa yaitu sabar dari membatasi diri dari keinginan-keinginan tabiat dan tuntutan hawa nafsu.
Entitas sabar kedua ini pada perinsipnya akan melahirkan sikap iffah (penjagaan diri. Pada posisi ini sangat diperlukan bagi pemeliharaan karakter diri agar tidak tergerus oleh entitas fatamorgana kehiduopan yang dapat menyeret pikiran serta prilaku manusia ke arah jalan yang jauh dari redhaNya.
Bencana kehidupan terjadi dimana mana, secara materia setiap orang menjadi tidak siap meskipun di dalam bencana subtansi jiwa kebanyakan manusia mengabaikannya. Di saat alam tidak bersahabat, terjadinya  banjir, tanah longsor, terseret oleh gelombang air laut, kekeringan, kebakaran, kecelakaan di jalan raya, cita yang tidak terpenuhi dan sebagainya, bahwa keadaan ini akan melumpuhkan serta memciptakan asa kehidupan seseorang menjadi hampa. Hanya dengan kesabaran seseorang itu dapat memaknai entitas materia yang dihadapi itu disana akan ditemukan hikmah kehidupan itu sendiri.Â
Penyelesaian solutif terhadap bencana yang ditimbulkan oleh alam acapkali memunculkan problematika sosial, di sana ada ujian kejujuran, ujian toleransi, ujian normatifitas kebersamaan dan rasa peduli antar sesama. Hanya manusia sabarlah yang hadir untuk menyelesaikan siutuasi bencana yang dapat memberikan kesejukan serta mendatangkan kedamaian.