Mohon tunggu...
Syamsul Rijal
Syamsul Rijal Mohon Tunggu... Dosen - pro-insani

open to a new environment, easy to socialize, well organized, hard working, and responsible.\r\n......... \r\nwww.syamsulrijal.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tikus Perusak lbadah

9 Februari 2012   06:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tikus adalah hewan mamalia dalam suku muridaedikenal banyak ragam ada tikus rumah (rattus rattus) tikus ini sangat merepotkan ibu rumah tangga, suasana tidak nyaman, ia bisa melompat, beroperasi di malam hari, pakaian di almari menjadi sasaran, makanan dsbnya juga akan digerogoti. Ada tikus got(rattus norvegicus) tikus ini mengeluarkan aroma tidak sedap; dan ada juga tikus sawah (rattus argentiventer) jenis tikus ini musuh petani karena dengan cepat dalam jumlah banyak dapat membabat padimusnah dalam waktu sekejap. Disamping itu ada juga tikus yang menjadi piaraan, yach ada ada saja, telah dijadikan unsur kegemaran bagi manusia untuk menikmati tikus-tikus dengan cara mereka masing-masing.

Tikus disamping membawa mudharat juga bermanfaat, paling sederhana dijadikan uji coba dalam penelitian tertentu untuk keperluan pengembangan ilmu serta obat-obatan. Tikus juga sifatnya inspiratif, prilaku korup misalnya selalu disimbolisasi dengan tikus, prilaku orang yang amoral acapkali diidentikan sebagai tikus yang dibenci. Sampai-sampai seorang kiyai juga pernah mengillustrasikan tikus sebagai perusak ibadah.

Ceritanya begini, saya masih ingat ketika pengajian di surau tempo dulu. Disebutkan kiyai itu begini; dalam komunitas belajar salat berjamaah terdiri dari seorang lmam dan tiga orang makmum. Sebelum salat kiyai sekaligus bertindak selaku lmam menasehati makmum bahwa ketika salat sedang berlangsung tidak boleh berbicara, salat adalah ibadah, harus dilakukan secara khusyuk serta ikhlas mengharapkan redha Tuhan. Demikianlah, ketika saat rakaat terakhir, sedang khusyuknya mereka salat melintas seekor tikus dihadapan mereka. Makmum duduk sisi paling kanan berujar eiiit itu tikus lewat, lantas makmun ditengah menyela ooo e eeeh jangan bicara kita lagi beribadah, ujarnya datar dengan gugub untuk memberi nasehat, terpikir oleh makmum yang duduk disebelah kiri, dua teman sudah pada komen terhadap melintasnya tikus, masa iya saya sendiri belum komen, maka dia pun berujar untung saya tidak ikut bicara ......... ya, kehadiran tikus telah merusak ibadah mereka.

Terlepas akan kebenaran kisah tersebut, tepat memang dalam realitasnya sesuatu yang merusak itu sama sebangun dengan tikus. Karena tikus telah meruntuhkan nilai-nilai ibadah mereka. Adalah logis misalnya, segala sendi kehidupan yang dirusak oleh prilaku didentikkan dengan prilaku tikus. Ya acapkali muncul perusak ditengah kehidupan kita, mereka perusak tatanan moral dan kebaikan. Makanya disetiap munculnya karikatur yang menggambarkan prilaku korupsi dan berbagai bentuk kerusakan lainnya acapkali disimbolisasi dengan kepala tikus. Ntahlah dimana mana ada dan banyak tikus .......! tikus harus dibasmi, kalau tidak tikus akan merusak sendi-sendi kehidupan, sebagaimana halnya melintasnya tikus merusak ibadah mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun