Mohon tunggu...
Syamsul Hidayah
Syamsul Hidayah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Penulis , editor, dan penerbit buku. CP:0821 7700 1102 atau email :syamsulhidayah1975@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Catatan Subuh (3) Insinyur Minus Iman

8 Agustus 2014   13:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:05 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ayat 190 sampai 194, dalam Surah Ali Imron sudah tidak asing di telinga. Seringkali ayat ini dibaca oleh imam ketika salat berjamaah (magrib, isya dan subuh) di masjid. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan dan berpikir atas semua penciptaan Allah di atas bumi dan langit ini. Dengan cara demikian, tingkat keberimanan kita kepada Allah akan kian meningkat.

Diujung ayat 190, ada sebuah pertanyaan. Siapa orang-orang yang berakal itu? Dijawab dalam ayat selanjutnya,” yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring.Orang yang berakal itu, yang selalu memikirkan penciptaan Allah lalu mereka berkata,ya Rabb, Engkau Maha Sempurna, tidak ada yang sia-sia apa yang Engkau ciptakan ini,”.

Orang-orang yang berakal, sebagaimana yang sering kita dengar dari para ustad, mereka adalah kaum intelektual. Dengan dilengkapi seperangkat pengetahuan yang dimiliki, kaum intelektual ini meneliti tanpa henti semua hal yang ada di muka bumi. Hasil penelitian itu nantinya dipergunakan untuk kemaslahatan umat manusia.

Menarik lebih dalam dari ayat ini, memang disadari, kunci hidup ini adalah berakal. Orang sekarang menyebutnya dengan punya otak. Jika kita melihat orang yang sering berbuat pelanggaran, seringkali orang yang melanggar itu diomongi begini,”eeh kemane otak lu , nggak ada otak lu atau dasar nggak punya otak lu,”.

Menurut saya, orang yang berakal tidak hanya pintar dalam menganalisis sesuatu. Orang yang berakal dapat pula berarti orang yang bisa membedakan mana yang baik untuk kemaslahatan umat manusia dan mana yang mendatangkan mudarat sosial.Jalan yang bisa ditempuh untuk membentuk karakter demikian, dengan cara yang ditunjukkan pada ayat 190 tadi, yaitu selalu mengingat Allah, dikala berdiri, duduk dan berbaring.

Mengingat Allah tidak hanya diartikan menyebut asma Allah, seperti Subhanallah, Alhamdulillah,Allah Akbar.Mengingat Allah dalam ayat tersebut menurut saya, bagaimana setiap saat dan waktu, akal kita dipergunakan untuk hal-hal yang bisa mendatangkan kemaslahatan bagi umat manusia di muka bumi ini.Contoh, bagaimana cara kita mengentaskan kemiskinan yang ada di sekitar kita. Bisa dengan memberikan modal kerja kepada mereka. Hal ini bagian dari cara-cara orang yang berakal.Artinya, orang yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, sama saja bukan orang yang berakal.Bukankah ada hadis Nabi yang mengatakan, tidak beriman seseorang jika ada tetangganya yang kelaparan.

Orang-orang yang berakal adalah mereka yang peduli terhadap persoalan sosial yang mengitarinya. Ketika dia memberikan modal kerja kepada tetangganya yang miskin, tindakan itu dapat dikatakan seperti yang tertulis dalam ayat 190 itu, “mengingat Allah dikala duduk, berdiri dan berbaring,”.

Ayat ini juga mengajarkan kepada kita bahwa hiduplah di dunia ini dengan akal. Dalam konteks ini saya mengartikan akal dengan ilmu. Jika ada ilmu, hidup akan selalu nyaman. Jika tidak ada ilmu, tanggunglah melarat di dunia ini.Ilmu itu pengetahuan. Ia bisa diperoleh dari mana saja. Bisa dari bangku kuliah, dalam rumah tangga atau pun dalam lapangan kehidupan. Tentu saja, ilmu yang harus diburu, ilmu yang bakal membawa kebaikan bagi umat manusia kelak.

Saya teringat omongan seorang teman. Katanya, hiduplah pakai ilmu, matilah pakai iman. Kata-kata teman ada benarnya. Artinya, ilmu dan iman satu kesatuan. Orang yang berilmu belum tentu beriman. Tapi orang yang beriman, dapat dipastikan dia berilmu. Penceramah kondang, (alm) H Zainuddin MZ pernah mengatakan, seorang insinyur akan bahaya membangun jembatan jika tidak memiliki iman.Kalau disuruh memilih, ilmu dulu atau iman dulu. Tentu saja, iman dulu. Iman adalah pokok.

Sama seperti ungkapan bahasa inggris,”the man behind the gun,”. Senjata itu sangat tergantung dengan orang yang memegang. Bisa jadi, yang ia tembak musuhnya. Tapi bisa jadi juga, yang ia tembak temannya sendiri. Fatalnya, lagi kalau ia menembak dirinya sendiri. Jadi yang salah bukan senjatanya namun orangnya.

Semoga Allah selalu menambahkan ilmu dan iman kepada kita semua. Demikian catatan subuh hari ini.Kita berdoa, agar barakah, inayah Allah selalu menyertai dalam kehidupan kita. Amiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun