Mohon tunggu...
Hadi Syamsul
Hadi Syamsul Mohon Tunggu... -

saya sebagai warga biasa, sehari-hari bekerja sebagai guru madrasah diniyah, bersmangat untuk belajar dan terbuka untuk saling tukar pikiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

puisi bencana

19 November 2010   01:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:29 4158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

BENCANA

Di pagi hari Selasa ini

Burung berkicau ingin dimengerti

Mentari digulung awan

Sesekali angin menerpa sepi

Pohon diam tak bergeming, meski

Mesin berderu sepanjang waktu

Sedang apa kau di sana

Di tenda pengungsian mengeja

Kalimat Tuhan terdiam memanggang

Kebun, ternakdan rumah tinggal

Hancur tersungkur di antara taqdir

Kabut hitam menunda harapan

Pucatpasi perih tertahan

Meleleh air mata

di antara isaktarikan napas

Wahai saudaraku ….

Kabut kelam semoga cepat berlalu

Mutiara hikmah kian terang memancar

Pantai harapan di depanmu

Bersabarlah, kemudahan segera datang

___________

Serang, Oktober 2010

Oleh: Syamsul Hadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun