Mohon tunggu...
Syamsul Bakri
Syamsul Bakri Mohon Tunggu... -

Syamsul Bakri is a lecturer in IAIN Surakarta, directur of Lakpesdam-NU Klaten, and founder of Pesantren Darul Afkar Institute Tegalrejo Ceper Klaten

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dapil V Jateng ADL Dapil Surga bagi yang Njawani

16 Januari 2014   14:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:46 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dapil V Jawa Tengah yang meliputi Surakarta, Sukoharjo, Klaten dan Boyolali, sering disebut sebagai dapil neraka. Pasalnya, di dapil tersebut para tokoh nasional ditempatkan. Ajang “peperangan” politik pun nampak dinamis. Berbagai partai menjadikan dapil tersebut sebagai dapil ksatria politik. Banyak caleg takut ditempatkan di dapil tersebut karena persaingan begitu hebat, sampai-sampai dapil tersebut disebut dapil neraka.

Benarkah dapil V disebut dapil neraka. Tentu tidak benar. Masyarakat Soloraya adalah masyarakat yang berbudaya Jawa, salah satu pewaris budaya Mataram. Dapil V yang berpusat di di kota tradisional Surakarta (orang menyebut Solo), menjadi dapil yang sumeh (murah senyum), dan sangat Njawani.Masyarakat di kota yang menyimpan jejak-jejak sejarah politik di tanah Jawa tersebut sebenarnya hanya butuh di-uwongke (dimanusiakan), dan mereka sebenarnya tidak butuh caleg bergelar akademik dan akademit. Tidak penting rentetan gelar (walaupun panjangnya sampai 2 km), atau pengalaman terbang (sampai ke langit 9), atau tumpukan amplop (kosong/) bagi warga soloraya. Caleg yang memamerkan itu dipastikan akan kecewa, karena bukan itu yang dimau warga soloraya. Warga Eks-Karesidenan Surakarta hanya membutuhkan orang yang andap asor (tawadlu’), nguwongke (memanusiakan), dan mau berbaur dengan kawula alit (Solo pusat budaya “kawula alit’). Maka feodalisme intelektual, dan arogansi materi, jika menjadi senjata kampanye justru akan membuahkan kekecewaan yang tanpa akhir.

Dengan demikian maka Dapil V akan menjadi dapil neraka bagi mereka yang tidak pernah bersentuhan dengan wong solo, sok elitis, dan suka memamerkan gelar (akademik dan akademit). Siapapun (walaupun lulusan planet Mars) jika tidak pernah mau terjun ke pojok-pojok tongkrongan dan komunitas masyarakat dapoil V, maka dapil tersebut akan menjadi dapil neraka. Pada sisi lain, Dapil V akan menjadi dapil surga bagi mererka yang teruji memperhatikan masyarakatnya, tidak bergaya feodal, tidak pamer, dan suka nimrung konkow-kongkow di pos-pos ndeso.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun