Suatu hari saya mengunjungi kerabat seorang teman yang dirawat di RS swasta ternama di Jakarta Selatan. Kerabat dari teman itu adalah seorang perempuan paruh baya yang menderita sakit kanker rahim. Kerabat tersebut bukanlah orang Jakarta. Beliau berasal dari suatu kota di luar Jawa yang sengaja datang ke Jakarta karena kabarnya perawatan kanker di RS ini paling baik se-Indonesia.
Soal biaya? Jangan ditanya, kualitas yang baik sepadan dengan harga yang harus dikeluarkan. Tapi itu bukan masalah baginya, sebab semua biaya pengobatannya ditanggung oleh perusahaan multinasional yang bergerak di sektor pertambangan, yang mana tempat suaminya bekerja.
Proses persiapan menuju operasi dilakukan dalam waktu sekitar satu minggu setelah kedatangan beliau ke Jakarta. Pasca operasi, dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk memulihkan kondisi si ibu tersebut, sampai siap kembali pulang ke kampung halamannya di luar Jawa sana.
Saat berada di dalam ruangan perawatan RS tersebut saya menemukan seorang perempuan yang berdiri di samping si ibu kerabat teman saya tadi. Perempuan tersebut lebih banyak diam dan sesekali berbicara. Pekerjaan utamanya adalah melayani segala kebutuhan dari ibu kerabat teman saya tadi.
Dari cara dia bekerja, saya lihat, perempuan itu cukup terlatih dan sepertinya paham tentang apa yang harus atau apa yang tidak boleh dilakukan. Singkatnya, perempuan itu adalah seorang caregivers yang bisa dibilang professional untuk bidangnya.
Saya sempat bicara dengan perempuan tersebut. Dia mengaku berasal dari sebuah kota di selatan Jawa Tengah yang berbatasan dengan Jawa Barat. Dia bukanlah kerabat dari si ibu yang tengah dirawat, melainkan orang yang memang disewa untuk melayani segala kebutuhan dari si ibu tersebut. Dia mengaku pernah bekerja di Jepang, Hongkong, dan Taiwan sebagai “caregivers”.
Saya bertanya, “kok bisa tahu jika ada seorang ibu yang membutuhkan?”
Saya mendapatkan penjelasan dari teman yang kerabatnya dirawat di RS tersebut. Menurut dia, karena banyak pasien kanker dari luar kota yang dirawat di RS tersebut sementara proses pemulihannya cukup lama, banyak pasien RS yang membutuhkan tenaga tambahan untuk melayani kebutuhan pasien selama proses tersebut.
Sementara proses pemulihan yang dibutuhkan terdiri dari perawatan di dalam rumah sakit selama kurang lebih satu bulan dan rawat jalan rutin selama beberapa bulan. Dalam rentang proses tersebut, biasanya keluarga tidak bisa menemani setiap saat. Harus meninggalkan pasien untuk bekerja atau untuk kegiatan lain.
Melihat kebutuhan tersebut, pihak RS menyediakan layanan berupa informasi tentang yayasan-yayasan yang bisa menyalurkan pembantu, perawat anak, dan perawat orang tua. Melalui yayasan-yayasan itulah, seorang perempuan, caregivers, yang berasal dari sebuah kota di selatan Jawa Tengah, bisa bertemu dengan seorang ibu, istri seorang karyawan perusahaan tambang multinasional yang beroperasi di luar Jawa.
Jadi muncul dalam benak saya, inikah perkembangan terkini dari sebuah lembaga yang dulu saya kenal dengan istilah “Yayasan Penyalur Pembantu Rumah Tangga”?