[caption id="attachment_88537" align="aligncenter" width="600" caption="Pemuda Mesir menuntut turunnya Hosni Mobarak "][/caption] Barangkali tidak berlebihan jika gerakan penggulingan Hosni Mobarak di Mesir saat ini mengingatkan kita pada momen-momen menjelang jatuhnya Soeharto tahun 1998 lalu. Hosni Mobarak, Presiden Mesir saat ini hampir mirip dengan Soeharto. Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, Mobarak telah memegang kekuasaan di Mesir hampir 30 tahun. Dikabarkan, dia memegang penuh kekuasaan birokrasi dan militer. Gerakan yang terjadi di Mesir saat ini lahir dari komplikasi krisis ekonomi, korupsi, dan represi politik. Sepintas mirip dengan yang terjadi di Indonesia tahun 1998 lalu, yang dipicu oleh krisis ekonomi yang dikombinasikan dengan brutalitas politik Orde Baru. Pola gerakannya pun hampir sama. Dimulai dari protes-protes kalangan pelajar dan mahasiswa, kemudian menyebar menjadi gerakan kalangan menengah dan akhirnya menjadi gerakan rakyat. Gerakan ini meluas seiring dengan semakin intensifnya represi militer terhadap elemen-elemen yang terlibat dalam gerakan. Ketika protes meluas dan menjadi keresahan sosial, Soeharto sempat mengumumkan untuk merombak kabinet dan menjanjikan percepatan pemilu. Demikian pula dengan Hosni Mobarak, selain membubarkan kabinet, dirinya juga mengangkat Omar Suleiman sebagai wakil presiden dan Ahmed Shafiq sebagai perdana menteri. Namun, usaha Soeharto maupun Mobarak tidak ditanggapi massa yang terus memprotes dan menghendaki pengunduran diri sang presiden. Di Indonesia tahun 1998, terdapat tokoh Amien Rais, Gus Dur, Megawati Soekarno Putri, dan Sri Sultan Hamengkubuwono X yang tampil ke permukaan pasca pertemuan Ciganjur. Sementara di Mesir 2011, terdapat tokoh Mohamad ElBaradei, peraih nobel dan mantan kepala badan nuklir PBB yang tampil sebagai pemimpin oposisi. Pada saat kekuasaan politik Mobarak semakin memudar, Menlu AS saat ini, Hillary Clinton menyerukan agar Mobarak memenuhi tuntutan rakyat untuk menyelenggarakan reformasi demokratis. Persis seperti yang diserukan oleh Madeleine Albright kepada Soeharto untuk meletakkan jabatan. Gerakan penggulingan Soeharto memuncak pada tanggal 20 Mei 1998 yang disusul dengan pengunduran diri Soeharto sehari setelahnya. Sedangkan gerakan penggulingan Hosni Mobarak masih berlanjut dengan kemungkinan yang terjadi sama dengan yang akan dialami Soeharto. Perubahan politik terjadi cukup deras pada masa Soeharto meski suasana demokrasi hanya dinikmati sekejap sebelum akhirnya kekuasaan kembali diambil-alih oleh oligarki para koruptor. Akankah hal yang sama terjadi di Mesir di kemudian hari? Kita masih harus menunggu. Overall, in the line of international people solidarity, we’re salutes and congratulates to all egyptian people!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H