Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang membahas Sistem Pangan Global akan diselenggarakan disela-sela pelaksanaan Sidang Majelis Umum PBB, di New York, pada 23 September yang akan datang. Menurut rencana, KTT tersebut akan dipimpin langsung Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
KTT tersebut adalah akumulasi dari dialog yang sudah berlangsung selama 18 bulan di hampir 145 negara dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari produsen pangan, komunitas adat, masyarakat madani, peneliti, pelaku bisnis dalam rangka mendorong lahirnya perubahan positif dalam sistem pangan dunia.
Konferensi ini membawa tajuk "Good food is everything". Masa depan umat manusia dan planet bumi sesungguhnya bergantung pada pangan yang baik. Pangan yang baik akan menjaga kesehatan dan membantu setiap orang meraih kemampuan maksimalnya.
Pangan yang baik juga akan memperkuat komunitas, meningkatkan perekonomian, dan melindungi planet bumi.
Namun, tidak semua orang bisa mendapatkan pangan yang baik setiap hari. Khususnya pada saat pandemik, banyak penelitian menyebutkan akibat turunnya pendapatan, masyarakat miskin terpaksa mengurangi konsumsi sumber protein dan gizi agar tetap bisa makan. Â Selain itu, cara kita memproduksi makanan dan memasarkannya tidak sedikit yang justru membahayakan lingkungan dan planet.
Dr. Agnes Kalibata, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk KTT Sistem Pangan 2021 mengatakan: sistem pangan saat ini berkontribusi pada sepertinga emisi gas rumah kaca. Limbah makanan saja bertanggung jawab atas begitu banyak emisi gas rumah kaca sehingga emisi tersebut setara dengan negara penghasil emisi terbesar ketiga di dunia".
Kondisi inilah yang mendesak untuk segera diubah.
KTT ini disebut-sebut sebagai kesempatan bersejarah untuk memberdayakan semua orang guna memanfaatkan kekuatan sistem pangan untuk mendorong pemulihan kita dari pandemi COVID-19 dan membuat kita kembali ke jalur untuk mencapai 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) Â pada tahun 2030.
KTT akan menjadi puncak dari proses global yang inklusif, yang menawarkan "momen katalis" untuk mobilisasi dukungan publik dan komitmen oleh kepala negara dan pemerintahan serta para pemimpin lainnya untuk memajukan agenda ini.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H