Mohon tunggu...
Syamsul Huda
Syamsul Huda Mohon Tunggu... -

saya harus sedetik lebih cepat dari yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Catatan Seorang Musyafir “Warna-warni Keindahan Masjid Perut Bumi Belum Sirna”

22 September 2012   09:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:00 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ehem... Ehem.. Ehem...

Seakan tiada kata "capek"  rasanya ku tuliskan segala sesuatu maupun segala tempat yang pernah ku singgahi di kawasan Tuban..  Demi berbagi pengalaman tentang Tuban, dengan senang hati jari-jariku menari-nari membentuk untaian kata hingga paragraf yang bisa dibaca.. hehehehe.... Setelah puas menikmati suguhan panorama pantai nan eksotis. Ingin rasanya menikmati tempat wisata lain selain pantai. (walaupun hati ini memberontak pengen renang di pantai) xixixixixi,,,,,,

Lebih dari setengah jam berlalu, kini tak lagi kulihat indahnya pantai Tuban. Yang ada hanya kerumunan rumah penduduk yang menatap bis ku dengan tatapan kosong penuh keheningan. ya iyalah... mana bisa ngomong... wkwkwkwkwk... Kota Tuban cukup rapi dan bersih.. Salut buat yang nata. Indah dipandang mata. Setelah melewati salah satu pertigaan kota, ku lihat banyak bis berjejer-jejer rapi. dugaanku kali ini tak meleset. tidak salah lagi... Tempat itu pasti yang menjadi agenda tujuan  rombongan. Ku lihat pemimpin rombongan kami sudah bersiap bak ingin berpidato dengan microfon bis. "Bapak Ibu ingkang kawulo hormati, kita sudah sampai pada tujuan pertama kita, Masjid Perut Bumi, monggo di siapaken nopo-nopo seng di betho". Ceramah singkat itu ternyata mampu membangunkan para penumpang yang sedari tadi sibuk dengan tidurnya.. hehehehehe....

pintu masuk masjid peut bumi.

Jlep.. jlep... jlepp.... untuk pertama kalinya kaki ku menginjak bumi Tuban. Meninggalkan kesan yang begitu mendalam tentang kota Tuban. Kesan apaan tuh???? kesan apalagi kalau bukan "PANAS banget". lagi-lagi harus merelakan kulit hitam ku terpanggang oleh sinar mentari Tuban... Oh... No.... "Makin hitam nech" gumamku seakan tak percaya kalau dasarnya sudah hitam. hahahahaha.... Sejuta perasaan keheranan terasa berkeliling mesra mengitari kepalaku.. Betapa tidakk... dari pintu gerbangnya saja sudah dapat diterka. "Ini kok kayak bukan masjid ya" lebih mirip wahana permainan atau... apalah... sulit di lukiskan dengan kata-kata saking indahnya.... "Sandal Harap di Lepas" ..... feuh... semboyan klasik yang umum di jumpai di sejumlah masjid. selangkah, dua langkah, tiga langkah menerobos masuk area masjid... woooowww.... jadi ingat kata-kata pak mario teguh, "Super Sekali"

Menjorok : Pintu Masuk Masjid Perut Bumi, Tuban

Pengunjung akan menuruni puluhan anak tangga yang menjorok ke perut bumi. wew... tapi yang paling ku cari saat itu adalah........ engg.... iiiingg.... enggg..... "Hwaaa.... Dimana Toiletnya...... ????" bener-bener kebelet. Sayup-sayup kudengar alunan dzikir yang menggema merdu dari dalam goa. Pastinyalah... wong disitu banyak tulisan "Disarankan banyak berdzikir dan Istighosah". jadi penasaran pengen lihat lebih jauh.. selain itu ada pula tulisan-tulisan perintah di sudut-sudut rongga goa "Wajib Salam" . Kenapa disuruh salam????  Konon, dari cerita orang-orang yang pernah berkunjung kesana, di tempat bertuliskan kata itu, terdapat semacam "maqom" (tempat) bersemayamnya para jin penunggu goa. yah... percaya gak percaya sech......

Dan pastinya ada... Tulisan yang paling ku benci "Dilarang Ambil Gambar".... (lihat foto pertama dengan lingkaran merah) jelas sekali bertengger di pintu masukkk .... what?? jauh-jauh datang kesini gak boleh motret?? wew... Mendadak jiwa kenakalanku muncul. tak ku hiraukan larangan itu.. masak tempat seindah ini tak boleh di abadikan?? apa kata dunia????

Segera ku susul rombongan yang sedari tadi sudah khusuk mengalunkan kalimat dzikir berulang-ulang.... Masya Allah...  di bagian goa yang dijadikan tempat dzikir ini malah lebih indah.... hamparan batuan asli goa berjajar rapi menghiasi langit-langit masjid.. meskipun terlihat tak rata.. namun, pesona alaminya lah yang membuat ku berdecak kagum dibuatnya, ditambah dengan kilauan warna warni lampu bertengger di tembok marmer yang megah.. oh oh oh..... salah satu keindahan surga dunia. kalau banyak laki-laki yang mengatakan permata dunia adalah wanita.. kalau aku mah pilih "alam lukisan pencipta saja" .. wanita sih... ya... setelahnya... hehehehehe.....

Ketika Acara dzikir selesai.. salah seorang santri yang tadinya ku kira juru kunci itu minta izin untuk menyampaikan segala hal yang berkaitan dengan masjid ini... secara singkat yang ku dengar kurang lebih dapat ku rangkum seperti ini....

bagian dalam masjid perut  bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun