Sudah lebih dari tiga minggu Briptu Norman Kamaru mencuat menjadi figur publik setelah tampil menjadi raja di situs video jejaring sosial youtube. Anggota satuan brigade mobil kepolisian daerah Gorontalo tersebut menjadi terkenal tiba-tiba hanya karena bergoyang ala India sembari menyanyikan lagu secara lipsync ketika sedang menghibur temannya di kantor. Jika kita pikir pasti sangat banyak orang yang bisa bergoyang dan bernyanyi lebih baik dari Norman Kamaru, namun memang dewi fortuna sedang bersandar kepada pemuda yang berusia 26 tahun tersebut.
Tampaknya hari ini hampir semua orang mengenal Norman sebagai sosok baru dalam dunia hiburan masyarakat kita. Tidak heran jika mulai anak kecil hingga orang dewasa mengetahui siapa Briptu Norman Kamaru dan bagaimana aksinya jika sedang berada di panggung hiburan. Briptu Norman Kamaru memang mampu menampilkan nuansa lain dari kesatuan kepolisian Republik Indonesia yang selama lebih banyak dikenal sisi negatifnya daripada positifnya. Bahkan salah satu lembaga negara yang ditengarai masuk jajaran lembaga terkorup adalah Polri. Namun dibalik fenomena demam polisi-artis yang tengah melanda masyarakat kita, ada beberapa hal yang patut kita perhatikan antara lain :
a. Masyarakat menjadi lebih bodoh karena mengidolakan sosok yang salah
Sadar atau tidak sadar masyarakat sebenarnya menjadi lebih bodoh karena menjatuhkan pilihan kepada seorang petugas kepolisian asal Gorontalo yang mampu menyanyi dan bergoyang layaknya artis-artis di televisi. Briptu Norman Kamaru telah membuat publik melupakan sosok pejuang lainnya yang sebenarnya lebih layak diidolakan seperti petugas jaga palang pintu rel kereta api yang tidak digaji oleh pemerintah, penyandang cacat yang mampu memberikan buah tangan berguna, atau guru-guru di daerah terpencil yang tunjangannya tidak kunjung diberikan namun mereka masih ikhlas mengabdi demi pendidikan anak-anak di negeri ini. Sekarang siapa yang lebih layak kita anggap sebagai pahlawan?.
b. Citra ke'artis'an polisi yang meningkat menutupi berbagai kasus kejahatan sosial-ekonomi-politik yang selama ini menghantam mereka
Polisi sebagai pelindung dan pengayom masyarakat memang mempunyai tugas yang amat berat, mulai mengatur lalu lintas di jalanan hingga mengejar teroris yang memporak-porandakan negeri ini dengan bahan peledak mereka. Polisi diharapkan memiliki kemampuan ekstra untuk mampu mengatasi berbagai persoalan keamanan dalam negeri dalam berbagai bidang kehidupan. Nah, dengan luasnya tugas pokok dan fungsi polisi tersebut maka seringkali masyarakat dikecewakan dengan perilaku polisi yang di luar batas kewajaran, pungli di samsat, sogokan di jalan raya, rekening gendut perwira hingga terorisme yang menjadi program andalan kinerja kepolisian disinyalir sebagai pesanan Amerika Serikat.
Kesemua kesan negatif tersebut memang menorehkan citra polisi yang kurang memuaskan, dengan tampilnya Briptu Norman Kamaru dengan sifat ke'artis'annya memang membuat masyarakat jatuh cinta kepada lagu India dan kepolisian. Tetapi sebenarnya kita lupa, bahwa kepolisian masih menyimpan banyak permasalahan dan dugaan kejahatan yang belum mengeluarkan posisi lembaga mereka dalam daftar lembaga terkorup di negeri ini.
c. Industri media terlalu mengeksploitasi Briptu Kamaru demi kepentingan rating dan bisnis semata
Media massa juga terlihat terlalu mengekploitasi berita Norman Kamaru dengan terus menerus menampilkan informasi dan berita polisi melankolis tersebut. Hal tersebut terlihat dari porsi pemberitaan yang berlebihan dengan tampilnya Briptu Norman dalam berbagai acara hiburan. Kepopuleran memang bagaikan madu yang terus membius siapa saja untuk mengikuti isu mainstream tersebut, namun alangkah kurang santunnya jika media hanya menampilkan informasi yang kurang bermakna dan tidak berbobot dengan hadirnya Briptu Norman hampir di setiap program televisi kita, apalagi infotainment.
d. Masyarakat lebih pragmatis dengan adanya jejaring sosial
Youtube memang sebuah situs jejaring sosial video global, kemampuannya memobilisasi berbagai jenis video ke dalam satu pintu telah memberikan keistimewaan tersendiri bagi Youtube untuk menjadi pilihan terbaik mengekspresikan diri pribadi ke seluruh dunia. Tidak terkecuali masyarakat Indonesia yang mulai melek teknologi informasi pun tergiur untuk memanfaatkan jejaring sosial untuk lebih banyak untuk upaya narsisme. Kita masih ingat fenomena Sinta-Jojo dengan Keong Racunnya, Bona Paputungan dengan Andai ku Gayus Tambunan, Udin Sedunia dan terakhir ini Briptu Norman Kamaru.