Mohon tunggu...
Syamsuddin
Syamsuddin Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku: Jangan Kalah Sama Monyet

13 Mei 2023   17:36 Diperbarui: 13 Mei 2023   17:38 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku "Jangan Kalah Sama Monyet"/Photo: Dokpri

Menurutnya seorang pelajar ketika memilih jurusan di jenjang pendidikan tinggi hendaknya mempertimbangkan potensi dirinya dan juga apa yang kelak dapat dikontribusikan pada masyarakat, umat dan bangsa lewat ilmu tersebut. Bukan sekedar soal basah tidak nya suatu prodi di dunia kerja. Karena kuliah dengan memilih suatu bidang ilmu tertentu hanya untuk cari makan dan atau pekerjaan. "Maka renungkanlah", kata beliau, "Monyet saja bisa makan tanpa kuliah". (hlm.64).

Memang fenomena seperti itu tidak sepenuhnya salah para peserta didik atau masyarakat. Boleh jadi hal itu merupakan dampak dari konsep dan sistim pendidikan yang keliru dan kehilangan arah. Ketika pendidikan dipersepsikan sebagai pabrik dan berorientasi pada melahirkan buruh, pekerja, karyawan, pegawai negeri maupun swasta, maka yang terjadi orang menempuh pendidikan hanya untuk tujuan pragmatis seperti itu.

Selain ''Jangan Kalah Sama Monyet", masih ada puluhan artikel lainnya tentang ilmu, pendidikan, dan peradaban yang terdapat dalam buku setebal lima ratus belasan halaman ini. Mulai dari soal iman, takwa, dan akhlak mulia sebagai tujuan pendidikan, kurikulum takwa sebagai jalan mencapai tujuan pendidikan, pentingnya jiwa guru dalam pendidikan, pendidikan adab dan karakter, dan sebagainya.

Pada artikel ke-98 misalnya penulis mengangkat konsep dasar pendidikan nasional yang diletakkan oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Artikel berjudul "Inilah Pesan Ki Hajar Dewantara"! ini terdiri atas dua sub judul kecil, salah satunya adalah ''Hanya Bisa Jadi Buruh"! yang berisi kritik Ki Hajar terhadap model pendidikan barat yang pada masa itu digandrungi oleh kaum priyayi.

''Pendidikan model kolonial, menurut Ki Hajar Dewantara tidak membangung manusia dan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang mandiri dan merdeka lahir batin. Namun, hanya mengarahkan menjadi buruh dan bangsa yang bergantung pada Barat". (hlm.490). tetapi anehnya kata Ki Hajar banyak priyayi atau kaum Bangsawan yang senang menerima model pendidikan seperti ini yang hanya mengembangkan intelektual dan fisik dan semata-mata hanya memberikan surat ijazah yang hanya memungkikan mereka menjadi buru. (hlm.491). 

Selain itu masih banyak sub judul lain dari buku ini yang menarik untuk ditelaah, seperti, ''Beginilah Kyai Dahlan Mendidik Kita" (hlm.29-34), "Ilmuwan Kelas Kambing" (hlm.54-57), "Jiwa Guru" (hlm. 58-60), "Jadilah Bangsa Terkuat" (hlm.81-84), "Berislam dan Berindonesia" (hlm.85-92), "NKRI Adil dan Beradab!" (hlm.100-04), "Full Day Learning" (hlm.135-140), "Inilah Hakikat Pendidikan" (hlm.149-152), "Homoseksual: Apa Harus Dibiarkan?" (hlm.160-165), "Jiwa Merdeka" (hlm. 166), "Kurikulum Takwa" (hlm.252-255), ''Banyak Mahasiswa Bunuh Diri: Ada Apa?" (hlm.443-447), dan sebagainya.

Adian Husaini penulis buku ini adalah seorang pendidik dalam arti pakar dan praktisi sekaligus. Ia terlibat secara langsung sebagai pendidik di Pesantern Darut Taqwa Cibinong Bogor tahun 1988 sebagai guru Biologi. Saat ini mengemban amanah sebagai Ketua Program Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor. Selain itu ia juga mendirikan dan mengelola Pesantren At-Taqwa Depok yang membina santri dari jenjang TK-PT. Ia juga menjabat sebagai ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), sebuah lembaga dakwah dan sosial yang didirikan M. Nastir, M.Roem, Syafruddin Prawira Negara dan founding fathers RI lainnya.

Berbagai amanah dan tugas di atas beliau emban dalam rangka mencurahkan potensi dan perhatian beliau pada bidang pendidikan. Termasuk menulis buku dan artikel tentang pendidikan. Ada sekira belasan buku dan puluhan sampai ratusan artikel tentang pendidikan beliau tulis.

Nah, buku ''Jangan Kalah Sama Monyet" ini mewakili saripati dari buku-buku beliau lainnya yang terkait dengan berbagai hal. Kelebihan isi buku ini disampaikan dengan bahasa yang praktis dan popular. Sehingga teras ringan. Tema serius disampaikan secara lugas dengan bahasa popular yang ringan. Sehingga seperti terasa renyah. Selamat membaca.

Identitas buku selengkapnya:

Judul                     : Jangan Kalah Sama Monyet: 101 Gagasan Pemandu Pikiran pada Era Kebohongan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun