Imam Bukhari menuliskan dalam kitabnya Al-Jami As-Shahih sebuah hadis tentang sebab batalnya informasi tentang waktu Lailatul Qadr. Beliau mengatakan, Muhammad bin Mutsanna telah menyampaikan kepada kami, beliau berkata bahwa Khalid bin Al-Harits menyampaikan kepada kami, bahwa Humaid menyampaikan kepada kami bahwa Anas menyampaikan dari Ubadah bin Shamit. Beliau berkata;
"Rasulullah keluar untuk mengabarkan kepada kami tentang waktu Lailatul qadr, tapi ada dua orang dari kaum Muslimin yang bertengkar, maka Rasul berkata, ''aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian waktu lailatul qadr, tapi Fulan dan Fulan bertengkar sehingga diangkat (informasi waktu lailatul qadr ditarik dan tidak diumumkan), semoga itu lebih baik bagi kalian. Carilah dia pada malam kesembilan (29) atau ketujuh  (27) atau kelima (25)". (terj. HR. Bukhari).
Imam Bukhari mencantumkan hadis tersebut dalam kitab Shahihnya pada Kitab Keutamaan Lailatul Qadr, Bab Raf'i Ma'rifati Lailatil Qadr Li Talahin Nas (Bab Diangkatkan Ilmu tentang Waktu Lailatul Qadr karena Pertengkaran Orang-Orang).
Dalam riwayat lain dijelasakan bahwa sebab terangkatnya ilmu tentang waktu Lailatul Qadr karena Nabi lupa, atau tepatnya beliau dibuat lupa. Sebagaimana dalam riwayat Imam Muslim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda;
"Aku diperlihatkan waktu Lailatul Qadr dalam mimpi kemudian sebagian keluargaku membangunkanku lalu melupakannya".
Kedua versi riwayat ini dapat disinkronkan sebagaimanan dikutip Imam Ibnu Hajar, bahwa Nabi terbangun dan atau dibangunkan kemudian beliau mendengardua orang bertengkar sehingga beliau jadi lupa waktu (tanggal) malam Lailtul qadr yang dilihatnya di dalam mimpi.
Kesimpulannya adalah bawah sebenarnya Rasulullah shallahu 'alaihi mendapatkan informasi tentang waktu Lailatul Qadr melalui mimpi. Beliau lantas keluar menemui orang-orang untuk menyampaikan hal itu. Tetapi ada dua orang yang berselisih dan bertengkar. Dalam Fathul Bari dijelaskan bahwa makna ''Yatalaahiy" Â adalah bertengkar, berdebat, berselisih dan saling caci maki.
Hal ini menunjukan betapa buruknya debat kusitr dan pertentangan. Sampai-sampai akibat kelakukan yang tercela yang dilakukan segelintir oknum ummat, ummat kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Yakni ilmu atau informasi waktu malam lailatul qadr yang mulia. Ini tentu terlepas dari hikmah disembunyikannya agar semua orang bersungguh-sungguh di sepuluh malam terakhir. Apatahlagi Nabi sudah memberi jalan untuk menanti dan mencarinya di malam 25, 27, atau 29.
Sungguh benar Rasul ketika menjanjikan pahala besar bagi orang yang meninggalkan debat kusir walau berada posisi benar. Karena ternyata seburuk ini dampak dari pertengkaran dan debat kusir, aplagi sampai disertai caci maki.wallahul musta'an. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H