Kata Awal
Di beberapa literatur, Wikipedia misalkan disebutkan bahwa musik dikenal sejak kehadiranmanusiamodernHomo sapienyakni sekitar 180.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Sudah barang tentu tidak ada yang tahu siapakah orang yang pertama kali mengenal musik, yang pasti saat ini hampir semua manusia modern mengenal musik.
Manusia diciptakan lengkap dengan berbagai kelebihan jika dibandingkan mahluk lain di muka bumi, bahkan seluruh makhluk yang tercipta oleh kekuasaan Tuhan. Manusia dianugerahi akal sekaligus disisi lain manusia juga memiliki nafsu, dua hal ini yang membuat manusia menjadi mahkluk yang berakal sekaligus unik karena nafsu juga terkadang mendominasi akal dan sebaliknya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan keseimbangan dalam melangsungkan kehidupannya.
Dewasa ini, musik menjadi kebutuhan asasi manusia. Seorang yang jauh dari seni musik biasanya memiliki karakter yang sedikit keras, sulit menerima perbedaan, mudah panik dan jiwanya “kering”. Sebaliknya, manusia yang dekat dengan musik, kehidupannya akan lebih dinamis, terasa sejuk bagai tumbuhan yang selalu ditetsi air kehidupan, apapun jenis musiknya.
Musik itu bagaikan musim semi, semua tampak indah, berkembang, membuat manusia memiliki harapan, kabar baik dikala lara, penyejuk hati yang gundah dan bisa menjadi bahasa kalbu kala kata-kata tak lagi bisa mewakilinya.
Musik hadir dengan irama, bersama lagu mencipta keharmonisan. Suara yang keluar dari setiap gerak alat musik mengirim syahdu, membuat suasana gembira bagi yang memainkannya, menabur beragam rasa untuk si pendengar.
Setiap titik dan sudut bumi yang didiami manusia memiliki cirri khas, keunikan dan metode tersendiri dalam menemukan dan memainkan musik, juga bagaimana mereka menjaga dan melestarikan warisan pendahulunya, ya demikianlah musik pada awalnya.
Penulis tidak akan mengupas sejarah musik secara utuh, juga tak berusaha mewakili semua pendapat tentang musik (tradisional), tapi mungkin demikian sekelumit tentang musik tradisional, di mana bebunyian itu berawal, sebelum kini bejibun musik modern. Musik tradisionaladalahmusikyang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan, demikian pendapat umum tentang musik.
Musik Tradisional juga adalah musik yang berkembang secara tradisional di kalangan suku-suku tertentu, berasal dari berbagai daerah tak terkecuali di Indonesia. Lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Keberadaannya menggunakan bahasa, gaya dan tradisi khas daerah setempat.
Musik Tradisional Indonesia
Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, ragam budaya, agama, bahasa, dan potensi untuk dikembangkan, salah satunya adalah kekayaan musik tradisonal. Indonesia memiliki musik yang tidak dimiliki penduduk bumi yang lain, musiknya unik, memiliki kelebihan, enak dimainkan, bersahabat dengan alam dan diakui dunia.
Sederet alat musik tradisional, sebut saja Angklung (Jawa Barat dan Jawa tengah), Gamelan (ada di Jawa dan Bali), Kolintang (Tomohon), Tabot (Bengkulu), Emprak (Jepara/Jawa Tengah), Gondang & Uning-Uningan (Batak), Gendang Beleq Sasak NTB, Randai (Minangkabau) (pernikahan), Tanjidor (Jakarta) dan lain-lain. Ini hanya sebagian kecil deretan musik tradisional dari Nusantara, masih banyak musik yang bernilai tinggi, citarasa Indonesia dan menjadi identitas daerah, ada ratusan di Kalimantan, Sulawesi, Papua dan daerah lain.
Istimewanya Angklung
Angklung, salah satu musik tradisional telah diakui PBB melalui UNESCO sebagai warisan budaya dunia asli milik Indonesia menyusul batik, wayang, dan keris. Tanggal 18 November 2010, angklung diresmikan menjadi warisan budaya dunia setelah diperjuangan sejak beberapa tahun hingga akhirnya diakui masuk dalamRepresentative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Dalam perkembangannya, angklung telah mampu menjawab perkembangan jaman. Jika musik tradisonal yang lain tergerus oleh modernisasi dan tidak mendapatkan ruang, justeru angklung mampu mengambil hati seniman, mencuri perhatian dunia hingga diakui sebagai warisan yang memiliki tempat khusus. Hal ini tentu tidak terlepas dari upaya pelestarian yang berkesinambungan yang dilakukan oleh sanggar-sanggar, komunitas kesenian dan apresiasi dari masyarakat.
Salah satu lestarinya musik angklung hingga kini dan dikenal dunia tak luput dari jerih payah dan kegigihan mendiang Ujdo, keluarga ini secara turun temurun mewariskan ilmu dan kecintaan terhadap Angklung, tak hanya itu, masyarakat sekitar juga diajak membuka mata akan peluang angklung untuk kesejahteraan dan masa depan yang cerah.
Sejatinya, selain di Bandung, terdapat dibeberapa daerah yang juga melesrarikan musik yang didominasi dari bahan baku Bambu ini, sebut saja Banyu Mas, disana terkenal dengan Angklung bambu putihnya. Jogjakarya, meski disana lebih dekat dengan gamelan, namun Musik angklung jamak kita temui di jalan-jalan yang ramai dengan wisatawan mancanegara, seperti di Jl. Malioboro.
Tantangan
Musik tadisional dikenal memiliki ciri khas, nilai-nilai khusus, bahasa khusus dan sejumlah kehususan yang lain. Hal ini kadang menjadikan suatu musik yang berasal dari daerah tertentu terkadang sulit untuk berkembang, dan bersaing dengan musik lain. Keberadaan dan kehadirannya hanya mudah kita temukan pada moment-moment khusus saja, kurang cocok dijadikan entertaint karena lebih sering dijadikan pelengkap acara seremonial. Betulkah demikian?
Hemat saya, pandangan diatas tidak seutuhnya betul tapi tidak lantas benar adanya. Memang perkembangan teknologi informasi meniscayakan masuknya budaya asing ke rumah kita, tak terkecuali musik. Bisa dipastikan hingga kini, hanya musik yang mampu beradaptasi, dinamis dan bisa dikolaborasikan dengan musik modern yang mampu bertahan, upaya ini memang benar tapi tidak selamanya baik.
Musik tradisional haruslah menjaga orisinalitasnya, tidak melulu meleburkan diri, tapi juga tidak boleh “kaku”, pemain musik haruslah dinamis dalam memahami sebuah alat musik. Pada intinya, substansi dan inti sebagai alat musik tradisional harus tetap dipertahankan, jikapun ada perubahan tetap dalam koridornya.
Kita ambil contoh, pada awalnya Angklung hanya memiliki beberapa model dan terbatas pada not yang bisa dimainkan, kini Angklung mampu merubah dirinya menjadi musik yang komplit, mampu beradaptasi dan menghasilkan aransemen yang tak kalah hebat. Munculnya angklung towel misalnya, sebagai respon atas musik modern yang serba sederhana, belakangan sang composer sekaligus produsen angklung di Bandung mampu menciptakan angklung yang mirip seperti pianika/keybord. Ini merupakan revolusi musik tradisional dan tetap tak tercerabut dari akarnya.
Ditempat lain, group musik Kyai Kanjeng yang digawangi Budayawan Emha Ainun Nadjib telah mampu bersaing dengan musik maha modern, gubahan serta upaya mengawinkan dengan alat musik modern bisa dikatakan berhasil karena tradisionalitasnya mampu mendominasi, bahkan hampir semua lagu modern mampu dibawakan dengan ciamik. Sampak Gusuran pimpinan Soleh Ba’asin juga hadir melengkapi dan sebagai jawaban akan modernitas yang cenderung minim identitas. Kelebihan lain adalah, syair-syair dan lagu-lagu lawas akan menemukan maknanya jika dibawakan dengan musik tradisional.
[caption id="attachment_367079" align="aligncenter" width="300" caption="Talkshow Suara Radio Edukasi di PUSTIKOM"][/caption]
Muda dan Tradisional
Yang muda yang tradsional, aneh terdengarnya, jamaknya tradisional identik dengan usia lanjut. Tapi penulis menemukan fenomena lain, dibeberapa daerah terdapat komunitas-komunitas pemuda yang justeru giat melestarikan musik “jadul” ini. Di Jogja misalkan, hampir musik yang dimainkan baik dijalanan maupun saat ada festival oleh anak muda. Keberadaan generasi muda sangatlah strategis, karena geraknya yang dinamis dan lebih tak terbatas. Energy yang dimiliki menjadi alasan anak mudalah masa depan musik tradisional itu sendiri.
Dibeberapa ajang pencarian minat dan bakat juga bejibun anak muda ambil bagian, berbagai Negara juga telah memberi apresiasi. Kini, beberapa musik tradisional seperti Gemelan dan Angklung telah “menjajah” ke luar negeri, baik dalam bentuk kursus, mata pelajaran maupun ajang yang lain.
Di dalam negeri tidak perlu risau, berbagai festival, semisal festival gamelang di Jogja, dan beberapa kota lain, di Manado juga ada festival alat musik setempat, bahkan di tingkat sekolah menengah dasar sampai atas ada Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang memperlombakan berbagai kesenian tradisional.
Sejatinya, musik atau kesenian tradisional hanya akan berkembang bilamana seluruh daya dan upaya mau mewakafkan waktunya untuk terlibat dalam pelestarian. Kini, pemerintah sudah memberi perhatian melalui pembinaan dan bantuan, anak muda sudah bergeliat, tinggal mengatur ritme agar tidak terkesan tergopoh-gopoh.
Penutup
Pada dasarnya baik musik tradisional maupun modern bisa berjalan seiring seirama, berdampingan dan tanpa harus dihadapkan satu sama lain, keduanya merupakan hasil cipta rasa manusia. Keduanya juga bisa saling melebur dengan catatan tidak menghilangkan identitas masing-masing. Esensi dari sebuah musik adalah meneduhkan, mendamaikan, mencairkan dan membuat suasana riang gembira, memberi energy positif, menyirami jiwa yang kering, bagai oase di gurun pasir, mengirim pesan kejujuran melalui bebunyian, dan pada akhirnya mengajak kita semua untuk memahami bahwa musik harus terus dijaga dan dilestarikan seperti kehidupan ini. (Senior Advisor IYF)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H