Kepadamu siapa yang entah di mana
Teramat sering kubicarakan tentangmu
Dalam sujud dan doa
Di malam yang hening
Di ruang ruang kamarku yang gelap
Terselip wajahmu yang belum berupa
Senyummu yang belum terlukis
Tetapi kepadamu yang entah di mana
Aku lakukan itu dalam banyak harapku.
Bukan hakku menuntutmu dalam kata kata
Tapi Ia maha mengerti
Maha pemilik jawab segala tentang kamu dalam banyak doa dan kalimat.
Aku melihatmu bagai bintang bintang yang berdiri jauh di balik jendela kamarku
Dan aku memandangmu di balik tirai tirai yang menggeliat oleh angin
Jemputlah aku di sini
Jangan kau berdiam dalam pencarianku
Engkau yang siapa dan di mana
Aku menunggu jemarimu mendekap jemariku
Menuntunku untuk satu hari yang ditentukan.
Walau dalam pengharapanku tak tahu engkau berdiri di sebelah mana
Dan bagaimana
Tetapi aku yakin, pada hari itu kau akan berdiri tepat di sebelahku
Menyandingkan bahumu
Menghantar aku pada sebuah dekapan panjang.
Agar pada doa doaku selanjutnya
Kutangkap wajahmu
Dalam bentuk yang sempurna
Dan aku tak lagi bertanya tentang siapa dan di mana
Duhai pemilik doa dan pengharapan
Katakan kapadanya saat ini.
“Aku di sini menunggu wujudnya, tak beranjak karena ketetapan takdirNya.”
*Saya kutip dari sebuah doa yang disampaikan berbisik ke langit
Syamsir Alam
060814
Bandar Lampung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H