Pagi ini, di halaman rumah yang sempit tidak berumput, Aisyah dan aku asyik bermain bola. Sedari tadi kami bermain. Akhirnya aku c
[caption id="attachment_76128" align="alignright" width="362" caption="Senyuman Ai"][/caption] ape !
“Aisyah,sudah berhenti main bolanya. Lihat tuh, bajumu sudah belepotan tanah.”
“Ahh… bola Ai… main bolaaa….!” Dengan kaki-kakinya yang kecil dia masih berusaha mengejar bola plastik itu.
“Eits… sudah, berhenti !“ Segera ku tangkap tangannya.” Ayo… Ai mandi dulu.”
Kaki-kakinya yang hendak lari terhenti. Kepalanya menoleh lalu mata yang bulat memohon menatapku sendu, “Ahh main bola !”
“Sudah nak ya, nanti sore lagi.” Ayo kita bersihkan badanmu, mandi ya?”
Segera ku berlalu memungut bola karet itu, lalu berjalan ke arah pintu masuk rumah. Di belakangku Ai lari mengekor, namun tak lama kemudian langkahnya berhenti.
“ Loh, Ai ayooo sini.. masuk rumah.”
Dia tetap tak beranjak dari tempatnya.Bahkan mengulur tangannya kedepan, ia berseru…” Gendong!”
Duh.. ini anak, manja banget. Ku putar lagi langkahkku, meraih tubuhnya dalam dekapanku. Hm… bau keringat bercampur bedak bayi tercium olehku.
Aisyah tertawa kegirangan.
*****
“Ai, pake sabun dulu….”Aisyah yang sudah tak berpakaian sama sekali siap-siap kusabuni.
Sementara Ai sibuk menggerak-gerakkan tangannya yang mungil di tepian baskom besar yang kugunakan sebagai bath tubenya. “Tenang dong ah, jangan bergerak-gerak terus.”Segera kugosok kulit badannya yang halus dengan sabun bayi.
“Diamasih menepuk-nepuk airdi baskom. Lalu entah dari mana idenya, tiba-tiba ia bernyanyi.
“Kringgg…kringgg ada sepeda….di atas genteng…”
Loh.. Ai, salah.. bukan.. begitu lagunya… “Kring..kring ada sepeda… sepedaku roda tiga.” Aku melantunkanlagu tersebut.
Ai nyengir mempertontonkan gigi-gigi kecil yang rapih di bibir mungilnya.
”kringg..kringg ada sepeda… di atas genteng.”Tertawa kegirangan ia tak menghiraukan protesku.
“Kring…kringg… ada sepedadi atas genteng….“ suara kanak-kananknya semakin menggoda… cekikikan dia lalu melanjutkan lagunya.
Kotekkk…kotekkk…kotekkk…. Airnya turun tidak terkira….”
Nah, loh ! Kok, lebih parah lagunya? “
Duh, Ai.. semoga saja pencipta lagu-lagu itu tidak marah kamu obok-obok lagunya.”
Aisyah tetap sajabersenandung dengan riang sambil mnepuk-nepuk permukaan air di baskom.
Cipratan air jatuh ke lantai dan ke wajahku,ia tidak perduli.
Ilalang, Soroako. Lagi nyanyi.
