Di sebuah kamar kost yang sempit, kusam dan pengap, seorang laki-laki berkulit gelap menatap lamat wajah di pigura kecil  terletak di samping tempat tidurnya, lalu berkatalah ia, "Hari ini kita putus!" "Apa? Hubungan kita sampai di sini, Bang?" "Iya , sampai di sini saja!  Jangan coba-coba kau rayu aku lagi. Senyuman manis dan tubuhmu yang molek itu sudah tidak  menarik lagi  bagiku.  Aku akan membakarmu. Enyalah engkau! Bahkan bila kau hendak datang ke alam mimpiku sekalipun, tidak boleh. Aku sudah bosan  padamu.  Aku ingin  seseorang  yang  lebih nyata di dekatku. Orang yang  bisa lebih mengerti aku, memberi aku kasih sayang, kapan pun aku butuhkan!" "Kau dengar itu, kasih?" "Oh, begitu? Jadi selama ini, apa yang telah kita lalui bersama tidak ada artinya bagimu, Bang? Pengorbanan dan  kesetiaan yang paling  tulus telah pula kuberikan. Namun kau hanya berkata begitu? Cukup sekian dan tak ada kata salam perpisahan yang lebih romantis darimu?" "Iya,  cukup sudah. Enyah lah kau dari hadapanku ! Sebenarnya aku masih berusaha untuk melunakkan hatimu, namun sepertinya gagal. Sudah tidak bisa lagi merontokkan hatimu yang kukuh. Aku ingin bersuara, namun yang terdengar  hanyalah ilusi lengkingan kecil tak berdaya dari kerongkonganku yang  kering tercekik oleh kata-kata perpisahan yang barusan lelaki gelap  itu ucapkan. "Yah, sudah..lah, Bang.  Hancurkanla diriku, bakar saja hatiku!  Aku pun sudah muak  padamu!  Setiap hari harus menatapmu sambil tersenyum. Padahal wajamu tidak ganteng, malah kusam dan jerawatan.  Apalagi, setiap kamu  pulang, bau keringat badan sangat menyengat hidungku saat kamu menyalin baju lusuh itu. Sebuah baju  seragam kumal yang seharian kau pakai  saat mengangkat berkarung-karung muatan di pelabuhan kecil itu.  Klo kamu sadar, kamu  tuh juga jarang mandi, bahkan untuk cuci muka sekali pun kamu sangat enggan melakukannya. Itulah sebabnya lukisan batik-batik putih tak bermakna banyak bercokol dan menempel seperti perangko di kulitmu yang legam. Ciihhh..! Sebetulnya aku bisa saja menyebutkan satu persatu kekurangan dan kejelekan lain yang ada pada dirimu. Tapi, ahh...! Biarlah hanya aku sendiri saja yang tahu tentang semua kekuranganmu itu." Segeralah copot diriku dari pigura kasihmu. Robek-robeklah hatiku, dan bakarlah seluruh tubuhku ini!" Amarahku memuncak! ***** Lelaki berkulit kelam itu  akan melangsungkan pernikahannya, Ia segera melepaskan diriku dari  bingkai foto yang terpajang di atas meja kayu lapuk di kamarnya yang kusam. Diriku yang sedari awal menghiasi kamar kostnya sejak pertama kali ia  sewa, harus rela pergi. Berganti  potret seorang gadis manis, muda dan polos. Gadis desa yang akan menghiasi kamar dan temani hari - harinya dalam suka dan duka sampai dipenghujung hayat, semoga ! [caption id="attachment_76415" align="alignright" width="120" caption="gadis manis"][/caption] **** " Lelaki itu  berjalan ke pelaminan, di saat tubuhku tak berdaya terbakar dalam kobaran api yang menyala-nyala ditumpukan sampah, samping kamar kost". [caption id="attachment_76416" align="alignleft" width="186" caption="kobaran api menyala-nyala"]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI