Mohon tunggu...
Risa Rahma Fitriany
Risa Rahma Fitriany Mohon Tunggu... -

Just ordinary girl, Penyuka warna Pink, mahasiswi dari prodi Statistika, Jurusan Matematika Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tertarik pada sains (especially statistik), browsing, reading, writing, crocheting dan cooking. \"Menulis untuk Menasehati Diri Sendiri..Sembari berfikir semoga tulisan bermanfaat bagi orang lain\"\r\n\r\nhttp://www.syamsa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendidik adalah Kewajiban Setiap Orang Terdidik

13 Januari 2011   07:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

95% tingkat buta huruf di Indonesia pada tahun 1945 dan 8% pada tahun 2010, merupakan pencapaian yang luar biasa. Bandingkan saja dengan India yang notabenya sebagai penguasa ekonomi Asia, tercatat pada tahun 2010 tingkat buta huruf mencapai 42%. Inilah sekilas tentang gambaran pendidikan Indonesia. Namun ternyata bebas dari buta huruf dan bisa membaca saja tidak cukup. Mari tengok lebih dalam! Pada tahun 2007 siswa Sekolah Dasar (SD) mencapai 4,6 juta orang. Tapi yang lulus SMA hanya 1,7 juta jiwa. Bayangkan 3 juta jiwa tidak pernah lulus SMA (putus sekolah), kalau pertahunnya 3 juta, maka dalam 10 tahun berapa?

Negara ini merdeka oleh campur tangan para pendidik seperti Bung Karno, Bung Hatta dan Ki Hajar Dewantoro. Namun di usianya yang hampir menginjak 66 tahun, ternyata Indonesia belum merasakan kemerdekaan secara pendidikan, pendidikan hanya bisa dirasakan oleh sebagian dari rakyat Indonesia. Padahal masalah pendidikan adalah "Janji Negara", ini termuat dalam Pembukaan UUD 45 alinea 4 :


"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa..."


Mencoba berfikir lebih sederhana. Mungkin tidak ada yang salah dengan peraturan, system dan undang-undang dari pendidikan yang dimilki Negara ini. Sejatinya kata pendidikan sangatlah erat hubungannya dengan Pendidik atau Guru. Ya, guru adalah garda terdepan di kancah pendidikan, dialah yang bersentuhan langsung dengan objek didik. Sebuah data memaparkan, kekurangan guru di sekolah di kota mencapai 21%, sekolah di desa 37%, sekolah di daerah terpencil 66%, dan sekolah di seluruh Indonesia hingga 34%. Sedangkan 78% guru di Indonesia tak berkompeten untuk mengajar di tingkat sekolah dasar. Dari data tersebut dapat kita lihat masalah kekurangan guru dan kurangnya kompetensi yang dimilki guru menjadi salah satu problem pendidikan di Indonesia.


"Sarjana di Indonesia paling banyak jadi pengangguran. Jumlah lulusan sarjana yang menganggur berjumlah 11,92%" -Badan Pusat Statistik (BPS)-


Ironis sekali ketika di satu sisi kita kekurangan dan sisi lain kita berlebihan. Walaupun mungkin para lulusan sarjana yang menganggur tersebut tidak berminat menjadi guru namun sebenarnya mereka berkompeten untuk menjadi guru. Saya anggap berkompeten karena memang gelar Sarjana hanya mampu diperoleh oleh mereka yang mampu secara intelligence, financial dan kesempatan.

Kini, rasanya masalah pendidikan tidak hanya menjadi janji dan tanggungan Negara, namun juga menjadi tanggungan bagi setiap mereka yang terdidik.


"Mendidik adalah kewajiban setiap orang Terdidik" (Anies Baswedan)


Tulisan ini sebenarnya merupakan resume dari catatan kecil saya ketika menghadiri RoadShow Indonesia Mengajar bersama Anies baswedan di UC UGM Yogyakarta, 11 Januari 2011. Indonesia Mengajar merupakan salah satu gerakan yang mengajak sarjana-sarjana terbaik bangsa untuk ikut mencerdaskan bangsa, dengan mengabdi menjadi Guru SD selama 1 tahun di pelosok Indonesia. Info selengkapnya bisa dilihat di http://www.indonesiamengajar.org/index.php

-Pendidikan adalah eskalator sosial-ekonomi suatu bangsa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun