Puasa Ibarat Perjalanan
Suatu hari kakak saya dan rombongan dari Pinrang berkunjung ke rumah saya di Kayu Agung Bukit Baruga Makassar. Saat tiba di gerbang depan Bukit Baruga mulailah saya pandu via telpon. Namun apa yang terjadi, sampai di bundaran dekat driving range golf seharusnya belok kanan ternyata ambil jalan lurus. Akibatnya tiba di pinggir sungai. Apalagi malam hari gelap gulita. Mereka pun putar haluan. Agar tidak tersesat lagi saya terpaksa menjemputnya, kemudian mengawalnya sampai rumah.
Tentu kita semua pernah melakukan perjalanan mencari alamat atau menuju tempat tertentu. Sering berhasil tapi pernah juga tersesat. Akibatnya alamat yang dicari tidak ketemu. Mengapa tersesat / salah jalan? Bisa jadi karena belum tahu jalan, tidak mematuhi rambu-rambu, salah paham petunjuk jalan atau gelap dan mungkin juga karena malu bertanya (akhirnya sesat di jalan).
Puasa yang kita lakukan di bulan Ramadhan itu juga ibarat perjalanan dengan tujuan menggapai atau mendekati TAQWA.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Q.S. Al Baqarah : 183)
Apakah semua orang yang berpuasa dijamin meraih TAQWA? Ternyata tidak juga. Ibarat perjalanan, ada yang tiba di tujuan dan ada juga yang tersesat.
Oleh karena itu agar kita tidak termasuk orang yang salah jalan mari perhatikan rambu-rambu ibadah puasa. Apa saja rambu-rambunya?
Ada dua jenis rambu-rambu puasa yaitu yang membatalkan puasa dan yang menghilangkan pahala puasa. Larangan yang membatalkan puasa kita semua sudah tahu yaitu makan, minum dan hubungan suami istri. Biasanya larangan ini pasti dipatuhi karena memang itulah puasa. Namun ada rambu yang sering dilupakan atau diabaikan yaitu yang menghilangkan pahala puasa. Rasulullah mengingatkan :
Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan pahala puasanya, melainkan rasa lapar (H.R. Nasa’i dan Ibnu Majah)
Apa saja yang dapat membuat puasa kita tidak dapat pahala? Rasulullah mengingatkan :
“Siapa saja yang tidak meninggalkan berkata dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya” (H.R. Bukhari)
“Puasa adalah sebagai perisai. Maka apabila seorang di antara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan janganlah berteriak dengan keras yang tidak ada gunanya” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Ternyata rambu yang menghilangkan pahala puasa terkait dengan panca indra dan anggota tubuh lainnya. Oleh karena itu mari puasakan juga panca indra kita dengan jauhi ghibah (gosip), mengumpat / mengejek, berkata kotor, dan dusta (puasa lisan), jauhi mendengarkan perkataan keji dan munkar serta dusta dan tidak berguna (puasa telinga), jauhi melihat aurat lawan jenis (puasa mata),jauhi tempat kemaksiatan (puasa kaki) dan jauhi menyakiti manusia dan hewan tanpa alasan yang benar, jangan mengambil barang orang lain (puasa tangan).