Mohon tunggu...
Syamratu Nur
Syamratu Nur Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SDGs Butuh Peran Kaum Milenial

9 April 2019   18:16 Diperbarui: 9 April 2019   19:05 2614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Perkenalkan nama saya Syamratu Nur biasa dipanggil Ratu, Saya Mahasiswi semester 2 dari Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, GB 4.

Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan sedikit materi dalam bentuk sebuah artikel yang bisa dibaca oleh teman-teman online sekalian tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau yang dikenal dengan SDGs (Sustainable Development Goals) yang merupakan lanjutan dari Tujuan Pembangunan Millenium atau yang dikenal dengan MDGs (Millenium Development Goals)

MDGs atau Millennium Development Goals atau Tujuan Pembangunan Milenium merupakan kesepakatan paradigma pembangunan global yang dideklarasikan oleh 189 negara anggota PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada Konferensi Tingkat Tinggi Milenium pada September 2000. 

MDGs berisi 8 goals atau tujuan yang disepakati untuk dilaksanakan dalam pembangunan nasional masing-masing negara dalam usaha menyelesaikan masalah-masalah dasar mengenai pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. MDGs ditargetkan terpenuhi semua dalam rentang 15 tahun, yang artinya goals tersebut ditujukan agar tercapai semua pada 2015.

8 tujuan tersebut antara lain:

  1. Eradicate extreme poverty and hunger (Hapus kemiskinan dan kelaparan ekstrem)
  2. Achieve universal primary education (Wujudkan pendidikan dasar untuk semua)
  3. Promote gender equality and empower women (Dorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan)
  4. Reduce child mortality (Kurangi angka kematian anak)
  5. Improve maternal health (Tingkatkan kesehatan Ibu)
  6. Combat HIV/AIDS, Malaria, and other diseases (Perangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit lain)
  7. Ensure environmental sustainability (Jamin kelestarian lingkungan)
  8. Global partnership for development (Kembangkan kemitraan global untuk membangunan)

SDGs atau Sustainable Development Goals merupakan program pembangunan berkelanjutan yang memiliki 17 tujuan untuk masa depan. Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB telah menetapkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan 169 capaian hingga tahun 2030. SDGs merupakan kelanjutan dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang ditandatangani oleh 189 negara, salah satunya Indonesia. 

Konsep Tujuan SDGs dibentuk pada konferensi PBB September 2015 dengan menetapkan target yang bisa diaplikasikan secara universal dan dapat diukur dengan menyeimbangkan tiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi. 

Indonesia adalah salah satu negara yang berkomitmen tinggi dalam melaksanakan dan mencapai SDGs sejak bulan September 2015. Di bawah koordinasi Kementerian PPN/ Bappenas, Indonesia telah menyelaraskan SDGs dengan Nawacita sebagai visi pembangunan nasional, yang dirumuskan dalam kebijakan, strategi, dan program Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015 -2019 dan selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Tahunan (RKP). Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya SDGs tersebut untuk kebaikan Indonesia.

Ada 17 Tujuan poin SDGs adalah : tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, kehidupan sehat dan sejahtera, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi layak, energi bersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, industri dan infrastruktur, berkurangnya kesenjangan, kota dan permukiman yang berkelanjutan, konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab, penanganan perubahan iklim, ekosistem lautan, ekosistem daratan, perdamaian dan keadilan kelembagaan yang tangguh, dan kemitraan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai ke 17 tujuan tersebut, saya pikir sangatlah sulit jika hanya dilakukan oleh pemerintah. Maka dari itu diperlukan dukungan dan partisipasi pemuda -- pemuda millenial Indonesia.

United Nations (UN) atau PBB mengeluarkan kesepakatan tersebut, artinya negara-negara di seluruh dunia sudah menyadari permasalahan-permasalahan mendasar yang biasa terjadi di negaranya, tak lepas juga Indonesia. Maka dalam rencana pembangunan Indonesia selalu terarahkan ke tujuan-tujuan tersebut. 

Negara Indonesia membutuhkan mereka yang muda dan mampu berfikir kritis, membuat analisa jernih, mampu terjun sekaligus membuat Indonesia terlibat dalam konsep Global Village (jadi bagian dunia) alias menghilangkan hambatan dalam perdagangan global namun tetap mengontrol agar perekonomian dalam negri tidak dilindas produk luar.

Siapakah yang seharusnya turut berperan dalam mewujudkan MDGs dan SDGs tersebut? Apakah hanya pemerintah saja? Tidak.

Seluruh elemen masyarakat harusnya turut berperan dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs.

Pemerintah memang memiliki tugas dan peran untuk membuat usaha-usaha mencapai SDGs, namun bukan berarti pemerintah harus bergerak seorang diri untuk menyukseskannya. Apakah bisa tujuan-tujuan tersebut tercapai jika hanya melalui program-program pemerintah? Tidak, kita, sebagai masyarakat juga harus menyadari urgensinya pemenuhan tujuan-tujuan Pembangungan Berkelanjutan tersebut. 

Anak muda atau generasi millenial tidak boleh hanya berpangku tangan. Apalagi, peran kaum millenial sangat dibutuhkan oleh pemerintah dalam proses pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

"Program SDGs yang sedang digencarkan pemerintah saat ini membutuhkan peran dari generasi millenial atau anak-anak muda. karena mereka inilah yang nantinya akan menjadi alat penggerak dari program pembangunan berkelanjutan itu," kata Direktur Informasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika Wiryanta pada diskusi "United We Fight, United We Win, Peran Anak Muda dalam Agenda 2030, di Nestcology Semarang pada hari selasa. 

Semua harus terlibat dalam mendukung kegiatan program berkelanjutan ini. Mengapa harus juga fokus kepada anak muda? Karena peran generasi muda atau generasi millenial sangat penting mengingat jumlahnya cukup besar di negeri ini, yakni mencapai 40 persen dari total penduduk dan pemuda penting bagi pembangunan, karena anak muda jaringannya luas, kreatif, inovatif. 

Selain itu, di masa depan generasi muda merupakan aset sekaligus risiko. untuk itu dengan adanya peran dari para anak muda atau kaum millenial maka pastinya akan berguna untuk program pembangunan berkelanjutan ini demi masa depan generasi penerus bangsa. Sebuah artikel dari PBB sendiri mengatakan bahwa masyarakat umum, pelajar, hingga pemimpin-pemimpin suku di Indonesia haruslah berpartisipasi lebih dari program lahiran tahun 2015 ini.

Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya. Pertama, Kita harus berani mengambil resiko. Mengambil resiko adalah bukti bahwa kita punya keberanian dan keyakinan terhadap ide apa yang akan mau kita aplikasikan, tentunya kita akan mau melakukan apapun untuk mewujudkannya. Kedua, mendatangi event pameran. Pameran akan menjadi tempat bertambahnya pengetahuan dan jaringan kita. 

Sama halnya kalau kita lagi butuh bantuan, maka kita akan meminjam uang dengan orang yang punya uang yang mau meminjamkannya. Demikian juga dengan pameran start-up,  disana kita akan memamerkan proposal bisnis kita agar dilirik oleh investor dan memberikan suntikan dana. 

Ketiga, harus mengikuti kompetisi SDGs. Karakter kompetisi sangat penting ditanamkan sejak dini, sebab dari sini kita berkesempatan memenangkan proposal bisnis dan mendapat dukungan dari pihak -- pihak yang menyelenggarakan lomba. Komunitas yang sering mengadakan kompetisi SDGs adalah Future Leader League, Studec International, Event Hunter Indonesia dan masih banyak lainnya. 

Keempat, pemerintah perlu membuat mata pelajaran teknologi berbasis start --up. Mengingat saat ini adalah revolusi indutri 4.0, maka mau tidak mau generasi millenial harus dipacu untuk belajar teknologi. Sekolah bukan hanya sebagai tempat untuk belajar materi pelajaran namun juga harus ditambahkan unsur pemahaman teknologi agar pembelajaran menjadi lebih inovatif. 

Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki potensi kemudaan dan keleluasaan, sehingga mahasiswa harus bisa turut berperan menyukseskan MDGs/SDGs.

Mulai dari kebiasaan kecil, mulai dari yang terdekat, dan suarakan!

Jika berbicara tentang kuantitas, mahasiswa hanya bagian kecil dari masyarakat dunia yang memiliki kewajiban mewujudkan tujuan SDGs. Walaupun secara kuantitas jumlahnya cukup kecil, tetapi secara kualitas, mahasiswa merupakan modal sosial yang dapat diperhitungkan dan dapat "diandalkan" untuk dapat mewujudkan percepatan tujuan SDGs di Indonesia. Mahasiswa harus mampu menjadi "agen percepatan" perwujudan SDGs yang dapat menyentuh langsung lingkungan disekitarnya. 

Media sosial, alias sahabat sejatinya anak muda, juga dapat menumbuhkan optimisme tinggi dalam pencapaian SDGs. Lihat, pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta, sebuah angka yang lumayan fantastis. Bila ditilik ke belakang, akhir-akhir ini jalanan sudah diramaikan dengan Ojek Online, salah satu hasil pemanfaatan teknologi untuk kreatifitas dan produktifitas.

Hal paling sederhana yang sesungguhnya sangat berdampak adalah dengan keikutsertaannya kaum muda dalam dunia pendidikan. Tak perlu disebutkan lagi, bahwa hal itu turut membantu tercapainya tujuan berkembangnya kualitas pendidikan. Tahun 2015, ada sekitar sekitar 4.500 mahasiswa sarjana dan pasca sarjana mendapat beasiswa LPDP. Sungguh angka yang membanggakan, apalagi pemerintah secara aktif berupaya menarik penerima beasiswa dari daerah-daerah kurang berkembang.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan di dunia kampus. Sebab kampus memiliki suara yang banyak tidak dimiliki oleh instansi lain. Kampus dapat menjadi lembaga pemantau, dalam hal ini sebagai penyedia alat penelitian dan tenaga, juga sebagai pengkritik kinerja pemerintah apabila tidak maksimal dalam mewujudkan SDGs.  Lingkungan kampus dapat menjadi tahap awal bagi para mahasiswa untuk memulai ide ekonomi kreatif dan membuat teknologi pembaharuan yang nantinya dapat berguna bagi bangsa dan negara. 

Salah satu tantangan dalam implementasi SDGs juga adalah ketidakpahaman masyarakat tentang SDGs. Beberapa pihak masih memandang SDGs sebagai agenda internasional yang terpisah dengan pembangunan nasional dan daerah. 

Pemahaman ini tentunya bisa dipatahkan oleh kaum muda lewat diadakannya seminar serta kajian, sebagai pemupuk pemahaman yang baik. Ada juga yang merasa bahwa MDGs yang lalu belum berhasil memenuhi kriteria sebagai pemuas ekspektasi dan harapan. Mungkin juga hal itu dikarnakan pemerintah yang kurang melibatkan pemangku kepentingan pembangunan yang lain. Beberapa orang, istilahnya, masih menyisakan trauma atas MDGs yang lalu.

Inilah tentunya tantangan yang lagi-lagi menekankan peran lokal dan kaum muda sebagai keniscayaan yang menyertai pembangunan berkelanjutan. Dan bila hal itu sudah terpenuhi, apakah target SDGs dapat terwujud dalam kurun waktu 11 tahun lagi? Hm hm hm, biarlah kaum muda sendiri yang menjawab.

Zaman sekarang, mahasiswa tidak lagi hanya berperan sebagai penonton. Justru kaum mudalah yang notabenenya memiliki banyak peluang dalam membangun negeri. Seperti presiden pertama kita pernah berucap, 'Berilah aku 10 orang pemuda dan akan kuguncangkan dunia.' harusnya menjadi motivasi bagi generasi millenial untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Sekarang tahun 2019, Target SDGs diagendakan sampai tahun 2030, artinya Indonesia memiliki waktu 11 tahun lagi untuk mencapainya. jika dipikir-pikir ini adalah waktu yang sangat lama. Tapi sebenarnya tidak.  Agenda pembangunan 2030 yang ambisus berarti kita tidak boleh kehilangan waktu. Pemuda millenial adalah generasi yang tepat saat ini sebagai penggerak perubahan. Tidak boleh tidak ! karena tidak akan mungkin bangsa lain datang untuk memperbaiki negara ini. Oleh karena itu pergerakan harus segera dilakukan mulai dari sekarang untuk memberikan hasil yang optimal pada waktunya.

Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin
#PDKMF2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun