Ada artikel menarik yang ditulis dibawah judul : PKI, Ruhut, dan Orde Baru ditulis oleh kompasiner Jemie Simatupang pada 15 Desember 2010 publish : 12:18. Saya tidak bermaksud membahas pandangan dan pernyataan anggota DPR RI dari Partai Demokrat sdr. Ruhut Sitompul dalam konteks isu RUU DIY. Penryataan yang menuai kemarahan masyarakat Yogyakarta.
Saya tertarik dengan penomena social dalam konteks bagaimana suatu ideology dalam hal ini dapat dibaca pergerakannya. Saya tertarik dari sisi perspektif ideologis. Semoga berkenan dan sekaligus minta ijin kepada bung Jemie Simtupang untuk mengutip sedikit dari bagian yang menarik perhatiannya saya, sebagai berikut:
“PKI adalah partai yang terang-terangan mengamini marxisme-leninisme (komunisme) sebagai ideologinya. Awalnya merupakan ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) yang didirikan oleh Henk Sneevliet pada 1914. Organisasi ini aktif melakukan kritik kepada pemerintahan kolonial di Hindia Belanda (Indonesia pra merdeka). Juga banyak mempengaruhi gerak Sarekat Islam sehingga terpecah menjadi SI merah—yang terpengaruh komunisme—dan SI putih. Atas tuntutan komunis internasional (komintern) —semacam organisasi partai komunis dunia—ISDV kemudian mengubah namanya menjadi PKI. (Lihat misalnya: Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah, 2000)”
Kemudian sebagian alinea berikutnya;
“Dalam catatan sejarah, setidaknya ada 3 kali pemberontakan yang melibatkan PKI. Pertama, pemberontakan kepada pemerintah kolonial di tahun 1926. Gerak ini gagal. Tan Malaka sendiri sudah memprediksinya, sejak awal ia tak mendukung, alasanya: belum ada prasyarat revolusi waktu itu. Orang-orang yang terlibat kemudian diasingkan ke Boven Digul. Selanjutnya kepada pemerintah republik pada 1948 yang dikenal dengan Peristiwa Madiun. Ketiga peristiwa G30S dimana ada jenderal-jenderal diculik dan dibunuh kemudian ada banyak rakyat dihukum mati tanpa proses peradilan.”……
***
Saya coba tarik linier, bahwa PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintah colonial Belanda ( 1926 ) lalu 22 tahun kemudian di Madiun ( 1848 ) dan 23 tahun kemudianG.30.S PKI (1965). Dimana dapat terbaca sebagai suatu pergerakan yang konstan dan berlanjut periodik. Ideologi yang bergerak pada pikiran orang dan akan teraktualisasi sebagai pergerakan politik manakala masuk kedalam tatanan kehidupan bermasyarakat bernegara.
Selanjutnya selama 32 tahun Orde Baru, suatu kemauan politik melalui keputusan Ketetapan Majelis Permusuwaratan Rakyat RI ( TAP MPR RI ) komunisme tidak bisa masuk kedalam tatanan kehidupan kenegaraan. Orde Baru dijatuhkan Orde Reformasi (1998 ). Hingga sekarang Orde Reformasi telah berlangsung 12 tahun, komplit dengan segala hiruk pikuk konflik ideologis atau kepentingan politik.
Dalam perspektif ideologis, jika deskripsi reformasi adalah gerakan untuk mengembalikan seluruh ideologi politik rakyat ke dalam tatanan kehidupan bermasyarakat bernegara dengan jargon utama 'Demokrasi' atau demokratisasi. Dapat kita rasakan sekarang sebagai gerakan yang berimplikasi pada perilaku sosial dewasa ini. Ada berapakah ideologi politik rakyat Indonesia? Tergambar dari banyaknya jumlah partai politik.
Tetapi jika merujuk kepada pandangan Bung Karno, ada tiga alur utama ideologi politik rakyat Indonesia yaitu Nasionalis, Agamis dan Komunis ( NASAKOM ). Pada era Soeharto, dari sisi politik praktis, komunis tidak bisa eksis dalam tatanan kehidupan kenegaraan, tetapi dariperspektif ideologis, communism as an ideological revolution in the mind. Saya tidak yakin kalau terhenti begitu saja meski berbagai upaya dilakukan oleh Orde baru. Ideologi yang bergerak dalam ruang pikiran orang bisa menjadi ruh pergerakan dan perilaku sosial. Barangkali itulah tali pemikiran dalam konteks ungkapan Ruhut Sitompul
Jika rentang waktu proses 22 tahun setara dengan satu generasi, dan sekarang sudah 12 tahun sejak gerakan reformasi 1998, barangkali implikasinya yang tergambar pada perilaku sosial dapat terbaca sebagai sinyal bahwa proses itu sedang berlangsung.
Bagaimana caranya? Segala kemungkinan bisa memberi peluang, sejarah negeri ini mencatat bahwa awalnya masuk ke Sarikat Islam dan kemudian pecah dan muncul sebagai "Si Merah" , selanjutnya lahir sebagai Partai Komunis Indonesia pada 1926.
Bisa saja sekarang gerakan terselubung melalui ormas kelompok radikal , tanpa disadari oleh para pemimpinnya, yang secara ideologis sebenarnya menentang komunisme, secara formal maupun informal
Pertanyaannya apakah dalam sepuluh tahun kedepan, akankah komunisme akan kembali masuk kedalam tatanan kehidupan kenegaraan Republik Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H