Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanggapan Kacau Saya Mohon Maaf

20 Oktober 2013   19:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:16 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepala BIN Letjen TNI Marciano Norman membantah keras berita penjemputan tersebut. Dikatakannya, ”Hal itu sama sekali tidak benar. Tidak benar BIN mengambil paksa, menculik, dan menjemput paksa Profesor Subur,” kata Marciano di Kantor BIN, Sabtu (19/10/2013) malam. Kepala BIN juga mengaku kecewa dengan pemberitaan yang dinilainya menyudutkan lembaga tersebut. “Saya menyayangkan pemberitaan yang tidak bertanggung jawab,” katanya. ”Saya pribadi sangat menghormati beliau dan pada hari Jumat itu tidak ada diagendakan Kepala BIN untuk menerima Profesor Subur,” (inilah.com 19/10/2013). ”Apabila hal-hal ini terus bergulir, BIN akan menggunakan haknya. Hak jawab melalui media kami lakukan. Bahkan bila diperlukan proses hukum akan kami lakukan,” ujar Marciano (setkab.go.id). Demikian diantara ditulis Bapak Kompasianer Prayitno Ramlan pada artkelnya hari ini dibawah judul : Apa Perlu BIN Mengamankan Prof Subur Budhisantoso?

Alenea selanjutnya menampilkan tanggapan Ketua DPR Marzuki Ali menyatakan mengkonfirmasi keberadaan mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu pada Sabtu (19/10/2013) malam ke Asisten yang bernama Larno. Mazuki mengatakan, ”Kemudian pak Budi menelpon. Ia telah menduga saya akan mengkonfirmasi soal berita yang beredar. Ia benarkan jika berada di Pontianak dengan anggota Fraksi Partai Demokrat untuk persiapan kampanye,” ujar Marzuki, Sabtu (19/10/2013) malam.

Barusan beberapa menit lalu saya coba menanggapi secara spontan pada kolom komentar. Tetapi nampaknya menjadi kacau. Muncul "the emotion icon" karena salah pencet tanda baca (:) titik dua sebelum huruf (P) pada ungkapan dalam tanda kutip “Peristiwa Subur”. Saya merasa tidak nyaman karena bisa menimbulkan salah persepsi. Dengan ini saya mohon maaf atas kekacauan tersebut dengan cara menampilkan kembali tanggapan tersebut pada lapak sendiri setelah beberapa bagian saya koreksi yaitu sbb :

Selamat malam Pak Pray, artikelnya selalu menarik.
Pak SBY, Pak Professor Subur, Pak Anas adalah tiga tokoh politik tentu sikap, tindakan maupun pernyataan ketiga tokoh ini mempunyai bobot politik. Dengan demikian dari sisi pandang kepentingan politik, "Peristiwa Subur" mempunyai nilai ancaman nyata atau tidak terhadap salah satu figure tergantung sudut pandang masing masing, terutama bagi Pak SBY selaku pemimpin tertinggi Partai Demokrat.
Ketika ada "kegiatan" di rumah Pak Anas berupa diskusi yang diselenggarakan oleh Pergerakan Perhimpunan Indonesia (PPI) pada Jumat siang yang berjudul “Dinasti politik dan politik meritokrasi.". Rasanya sulit bagi BIN untuk tidak punya informasi bahwa Ketua Umum DPP Partai Demokrat ( periode wal berdirinya partai) , yaitu Prof Subur Budhisantoso akan hadir pada acara di rumah "musuh politik".
Kita bisa membayangkan jika Pak SBY bertanya tentang hal ini kepada Kepala BIN Letjen TNI Marciano Norman dan lantas apakah beliau akan menjawab: "siap pak saya belum tahu". Jawaban seperti itu pastilah tidak mungkin.
Jika ada yang bertanya lho kok nanya kepala BIN,....khan cuma urusan ormas PPI. Kalau saya disuruh menjawabnya maka saya akan bilang "jangan pernah lupa bahwa sampai hari ini Pak SBY masih presiden saya jadi semua kegiatan yang mempunyai nilai ancaman adalah urusan saya."
Nah apa dan bagaimana taktik strategi selanjutnya setelah ada laporan intelijen memang benar bahwa Professor Subur akan menghadiri acara di rumah tokoh politik di Duren Sawit yang namanya Anas Urbaningrum. Apalagi judulnya ngeri ngeri sedap “Dinasti politik dan politik meritokrasi."
Pak Pray, sebagai prajurit dan mantan perwira intelijen pula...jika berkenan saya ingin bertanya......kira kira apa saja ya yang harus dilakukan?
Terima kasih telah berbagi.
Salam
Syam Jr.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun