Mengembalikan keberanian masyarakat kita untuk mengarungi samudera membutuhkan kebijakan brilliant dan spesifik agar nelayan kita tidak cuma berangkat sore pulang subuh, berlayar sebatas perairan kampoeng sendiri. Keberanian melaut akan tumbuh jika mereka menguasai ilmu pelayaran dan keterampilan pelaut yang diantaranya menyangkut aspek teknis nautis, navigasi, komunikasi radio atau marconis, masinis, cuaca, arus dan perilaku laut, cemaran, tradisi dan etika pelaut.
Masih ada lagi pengetahuan lainnya yang harus dikuasai yaitu seperti hukum laut, geography, wilayah tangkap, kemiliteran dan teritorial maritime, search and Rescue. Ini hanya sebagian dari dasar pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang pelaut. Kita butuh perubahan dari masyarakat nelayan tradisional menjadi masyarakat pelaut profesional sehingga kita mampu memenuhi dan menjaga kepentingan atas territorial maritime nasional.
Berbicara mengenai menjaga keutuhan teritorlial maritime nasional, bagaimanapun harus pula membicarakan armada laut.Saya kira Cuma 15% dari seluruh kapal yang menjelajari seluruh samudera nusantara ini hanya 15% armada nasional kita, itupun sebagiannya lagi hanya berbendera Merah Putih saja. Jadi kita harus memperbanyak populasi armada nasional.
Dibutuhkan kapal penangkap ikan yang berbobot 250 GRT per unit. Jadi kita harus memperbanyak populasi armada nasional pada saat bersaman harus mecetak pelaut. Sedikitnya dibutuhkan delapan personil terdiri dari seorang nakhoda atau kapten dengan tujuh anak buah kapal (ABK) untuk mengoperasikan kapal 250 GRT.
Bicara kapal mesti ada awaknya, Jika untuk menjelajahi seluruh penjuru nusantara ini dengan 10.000 kapal diperlukan 10.000 kapten dan 70.000 ABK. Bagaimana bisa bicara melindungi kepentingan dan menjaga keutuhan territorial maritime tapi gak punya kapal, itu nonsen namanya. Punya kapal gak punya pelaut =..nonsen. Punya pelaut tapi gak ada ilmunya alias tradisional, = nonsen. Punya kapal, punya pelaut, tapi gak punya manejemen yang baik = nonsen . Punya kapal, punya pelaut, punya manajemen tapi gak punya duit modal = nonsen alias omdo juga.
Mendidik calon pelaut melalui crash program, mungkin perlu biaya antara Rp.32,5 juta/orang/ tahun dalam dua tahun. Jika kita butuh 80.000 pelaut untuk program pertama, dibutuhkan biaya pendidikan 65 juta kali 80.000 = Rp.5,2 triliun. Alokasi dana pendidikan ini mungkin bisa ditanggung APBN tetapi untuk pengadaan armada dibutuhkan alokasi kredit sebesar 145 triliun untuk 10.000 unit kapal penangkap ikan modern yang harganya sekitar 14,5 miliar per unit. Inilah kira kira hitungan kasar kalau Fadel Mohammad ingin sukses melaksanakanmisi Departemen Kelautan dan perikanan periode 2009 - 2014.
Politisi Partai Golkar Fadelyang saat ini menjabat sebagai Gubernur Gorontalo, sejak diketahui bergabung dengan Abu Rizal bakrie merebut Partai Golkar, sudah diprediksi bahwa dia akan masuk jajaran menteri KIB II Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia yang sukses dengan acara Parade armada laut internasional Sail Bunaken" itu memang akhirnya di panggil juga ke Puri Cikeas Indah untuk mengikuti "Tes Kesiapan Bertugas". Usai menjalani tes, Fadel sempat menjelaskan bahwa Presiden banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan perikanan dan kelautan.
"Presiden memberikan perhatian agar kita menjaga sumber daya alam untuk kepentingan rakyat. Presiden juga mengatakan, Indonesia adalah negara maritim sehingga perlu dijaga keutuhannya," katanya sebagaimana disiarkan televisi.
Selain itu, Presiden juga berbicara mengenai pentingnya memberikan perhatian kepada masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, seperti daerah pesisir, sehingga pendapatan mereka meningkat. Dalam menjalankan tugas, kata Fadel, Presiden meminta dirinya berkoordinasi dengan TNI AL, kepolisian, dan pihak-pihak lainnya.
Jika hitungan kasar seperti pada bagian awal tulisan ini diolah menjadi crash program Depatertemen Kelautan dan Perikanan, pastilah membutuhkan sokongan dana besar investasinya, maka tidak salah Fadel Mohammad berada disitu. Keterlibatan enterprenuer sangat dibutuhkan untuk realisasinya. Sebagaiama kita ketahui track recod dia adalah pengusaha, setelah jadi Gubernur di Gorontalo dia menjalankan program pertanian Jagung bagi kesejahteraan rakyatnya dan sukses disana.
Sekarang kalau dilihat dari tampilannya yang sangat pede, tokoh Partai Golkar ini pasti mau memimpin Departemen Kelautan dan Perikanan, meskipun jika dilihat dari kebutuhan anggaran begitu besar dan permasalahan yang tidak sederhana. Memanglah kita punya semboyan "Nenek Moyangku Orang Pelaut" tapi nyatanya sekarang gak punya kapal, adalah tantangan tugas yang berat.
Apakah bung Fadel masih mau menerima tugas ini? Walau berpisah laut dengan pantai, tak akan goyah gelora jiwa, beliau akan terus mengabdi kepada negara dan bangsa. Tapi kalau ragu sebaiknya mundur.....
Enak aaaja :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H