Selikur artinya dua puluh satu, tujuh malam setelah purnama penuh. Cuaca cerah, jernih, langit biru gelap bertabur selaksa bintang. Sudah lewat tiga perempat malam, bulan sabit bersinar temaram membekukan hening mejadi sepi. Bahkan anginpun berhenti berembus. Perahu layar bertiang satu Prabayaksa bergerak pelan sekali, hanyut ikut alir air pasang. Cingil dan teman temannya membawa seperangkat gamelan, kenong, gender, sarun, babun dan gong ke geladak. Mereka menabuhnya dengan pelan meningkah sepinya malam. Alunan nada seakan sedang berdoa.
Lamat lamat terdengar tembang mengalun dengan suara yang sangat merdu ;
Tujuh malam sudah purnama pergi.
Hanya tersisa sedikit cahayamu bulan.
Tetapi cukuplah cahyamu membelai jiwaku.
Dalam mimpiku kau selalu ada bersinar terang.
Demi malam sepi ketika mereka bermimpi
Aku coba mengerti makna rintihan perawan…
Perawan yang diusung sebagai upeti
Demi negeri tanah tebupait
Rintihan perawan,.. rintihan perawan
Agar semua manusia mengerti…keburukan dirinya…
Tingkah manusia selalu berulang karena nafsunya
Kehilangan akal budinya demi nafsu yang dia tidak pernah mengerti
Tujuh malam sudah purnama pergi.
Hanya tersisa sedikit cahayamu bulan
Mengantar senyum ibu yang kurindu
Sekarang aku mengerti makna senyum bundaku cahaya sang rembulan
Sekarang aku mengerti rintihan perawan
Bukan menolak kehadiranku ke dunia ini
Yang sempurna cacatya dan harus ditebus dengan pengabdian
Menuntut pengorbanan untuk menemukan cinta sejati.
Dari rintihan,… rintihan,.. dan rintihan perawan
Kukabarkan kepada alam dan manusia
Bahwa mereka berasal dari air dan akan kembali ke air
Mestinya mereka akan mengerti
Mestinya manusia mengerti bahwa mereka berasal dari hati
dan akan kembali ke hati.
Teman teman Cingil menyimak alunan merdu tembang itu seakan tersihir. Tangan mereka menabuh gamelan laras Jawa yang samasekali mereka tidak mengerti notasinya. Cingil beranjak pergi mencari tahu dari arah mana tembang itu berasal. Dia menuju kamar Lembu Ijo karena menduga dialah yang nembang kakawih Tanah Tebupait. Tetapi ternyata Lembu Ijo tidur mendengkur dikamarnya. Jadi pastilah yang baru didengarnyanya bukanlah suara si Lembu Ijo.
Cingil kembali ke geladak menemukan teman temanya penabuh gamelan sudah sirep tertidurpulas seperti seluruh isi kapal lainnya. Suasana dingin dibalut harum kemenyan membekukan waktu…......Cingil tertidur sudah.
Tall ship atau perahu layar bertiang satu Prabayaksa berlayar seperti kapal hantu karena seisi kapal tertidur semua. Mereka baru terbangun ketika cahaya matahari pagi mengusap jidad dan mendengar alunan gamelan Jawa. Cingil terbangun dan mendapatkan dirinya bersama teman sudah pindah dari lantai tengah geladak ke haluan dekat sampung tinggi Prabayaksa. Di dekat tangga monyet berdiri seseorang berbusana lengkap dengan atribut kebesaran Kerajaan Mayapait. Seragam sutera hijau muda dengan overcoat bersulam benang emas, bertatah ornamen gambar burung elang kepala dua bercakar sembilan.
“Mari…mendekatlah jangan takut aku bukan hantu. Katakan kepada tuanmmu Patih Panimba Segara…akulah Pangeran Tebupait Putera Raja Mahkota Mayapait… yang nyata berdiri di sini didepanmu..mari kita berjabat tangan.”
Cingil mengulurkan tangan dan cuma menyentuh tangan Pangeran Tebupait. Dia agak gemetar dan tanpa bicara dia berpaling melangkah pergi segera lapor kepada tuannya.
***
Banyak perahu kecil penduduk Negeri Candi Laras merapat ke Prabayasa. Ketika nakhoda utama Jenderal Patih Panimba Segara turun ke geladak, disana sudah ada Jenderal Patih Pambalah Batung, Patih Garuntung Waluh, Patih Garuntung Manau, Amang Ical dan seluruh perwira serta hulubalang. Mereka telah bersepakat mengakui bahwa pria tampan itu adalah Pangeran Tabupait. Patih Panimba Segara terlihat agak kecewa karena Patih Pambalah Batung selaku pemimpin misi telah mengucapkan pengakuan itu tanpa menunggu kehadirannya.
“Bagaimana tuan bisa memberikan bukti nyata bahwa tuan adalah Pangeran Tebupait yang sesungguhnya” Ujar Patih Panimba Segara.
“Kami bahkan tidak pernah mengenali wajah tuan ketika keranda kami terima di bangsal keraton Mayapait” katanya lagi.
Tapi okey…tuan tidak perlu menjawab…kami masih punya saksi untuk menyatakan apakah tuanlah sesungguhnya Pangeran Tebupait atau hanya seorang penipu.” Patih Panimba Segara bicara tegas.
“Bawa dan hadapkan Lembu Ijo ke sini” perintah Patih Panimba Segara kepada perwira pertama. Lembu Ijo adalah atu satu prajurit bhayangkari Kerajaan Mayapait yang mengawal sang pangeran dalam perjalanan itu.
“Sandika tuan patih, perintah kami laksanakan” sahut perwira pertama lalu pergi bersama Cingil dan hulubalang. Ketika Lebu Ijo dihadapkan, dia spontan bersujud menghatur sembah kepada pria tampan itu. Lembu Ijo bersaksi :
“Meski cuma sekali pernah melihat wajah tuan Pangean Tebupait, putera Raja Mahkota Mayapait saya sangat kenal wajahnya. Tapi Pangeran Tebupait tubuhnya cacat, tidak berkaki dan tidak bertangan. Wajah tuan ini persis dengan wajah tuan pangeran yang didalam keranda”.
Lembu Ijo tidak pernah memberi kesaksian bahwa Pangeran Tebupait adalah Lembu Bodong atau si Ledong dari dukuh Tebupait memiliki tahilalat dipunggung hidungnya sama seperti Gayus Tambunan.
******
Notes :
Dalam folklore di Kalimantan Selatan terdapat Kerajaan Negara Diva yang konon lokasinya di Desa Sungai Salai, Kecamatan Candi Laras Utara Kabupaten Tapin sekarang. Kerajaan ini dibangun oleh Mpu Jatmika yang datang dari Kerajaan Sriwijaya ke wilayah itu dengan perahu layar bertiang satu, Prabayaksa.
Di daerah ini terdapat pula kisah Kerajaan Nagara Daha, sebelum dua kerajaan tersebut terdapat pula Kerajaan Kahuripan di Danau Panggang, Amuntai – Kabupaten Hulu Sungai Utara.. Mahapatihnya bernama Lembu Mangkurat dengan puteri cantik bernama Puteri Junjung Buih. Lembu Mangkurat mengirim ekspidisi laut ke Majapahit untuk mendapatkan seorang pangeran bernama Raden Putera yang kemudian setelah menikah dengan Puteri Junjung Buih dinobatkan kebagai Raja Nagara Diva dengan gelar Pangeran Surya Nata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H