Tak lama lagi akan ada pemilihan kepada daerah serentak. Tentu akan bermunculan tokoh tkoh masyarakat untuk maju berkompetisi. Tampilnya figur baru sebagai pemimpin baru dengan sikap pemikiran dan gagasan baru pula, katanya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat . Figur baru dengan janji yang berbeda memang merangsang harapan berbunga bunga.
Janji sebagai perangsang semangat. Merangsang simpati dan empati untuk memberikan dukungan politik. Ujungnya adalah keputusan rakyat memilih figur tersebut ketika pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum. Hasilnya figur baru calon, terpilih menjadi pemimpin baru periode lima tahun kedepan.
Selanjutnya "harapan yang berbunga “ tadi akan muncul pada berbagai usulan proyek pada proses Musyawarah Rencana Pembangunan atau sering disebut Musrenbang mulai dari tingkat Desa/Kelurahan - Kecamatan - Kabupaten - Propinsi . Demikian pula pada tingkat nasional.
Dipastikan, masyarakat akan sangat percaya diri bahwa pemimpin baru akan mampu merealisasikan "keinginan rakyat" karena pemimpin baru adalah orang baik, seperti dibayangkan dari berbagai ucapan dan janji kampanye.
Satu hal yang pasti adalah banjir usulan rencana proyek pembangunan melalui proses Musrenbang. Satu hal yang pasti juga adalah rencana anggaran biayanya pasti besar sebagai refleksi harapan dan keinginan yang besar. Rencana anggaran belanja bengkak. Masalahnya adalah apakah rencana belanja tersebut seimbangan dengan Rencana pendapatan yang akan membiayai berbagai usulan masyarakat yang disebut sebagai rencana pembangunan yang bottom Up.
Secara "aspirasi" jawabannya…….mungkin saja, tetapi apakah realisasi pendapatan akan sesuai dengan rencana pendapatan, jawabannya belum tentu. Kepala Dinas Pendapatan yang kurang optimis, berisiko pejabatnya akan diserahkan kepada yang lebih optimis. Pejabat lama diganti atau halusnya "digeser" Muncul lagi figur baru untuk jabatan Kepala Dinas yang lebih optimis bisa mencapai target pendapatan daerah.
Saya optimis bisa, kita coba dulu baru nanti ketahuan hasilnya, kalau tidak dicoba mana mungkin kita mengetahuinya bisa atau tidak"...he he he pintar...lantiiik. Ungkapan serupa mungkin pernah diekspose juga di media oleh pejabat lama yang diganti ketika dulu pada awal masa jabatannya.
Contoh; Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah - APBD DKI Jakarta 2014 mencapai 65 triliun.Tercatat, hingga 31 Desember 2014, pendapatan yang diperoleh Pemprov DKI Jakarta hanya mencapai 45 triliun rupiah, sedangkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2014, DKI Jakarta target pendapatan Rp.65 triliun. Dengan begitu, sepanjang 2014, Pemprov DKI hanya bisa merealiasikan 69,25 persen. Biasanya, bayar tunggakan tahun tapi tunda pembayaran tahun berjalan. Minta “kebijaksanaan” usaha lagi susah.
Nah ini dari sisi pendapatan yang mesti membiayai belanja. Pertanyaanya apakah realisasi belanja balance dengan rencana belanja. Tentu tidak. Pelaksanaan berbagai proyek pembangunan atau lazin disebut sebagai penyerapan anggaran, tidak mungkin melebihi realisasi pendapatannya. Dari mana sumber dananya jika realisasi belanja 100% terlaksana sebesar 65 triliun sementara pendapatan yang membiayainya hanya 45 triliun atau 69,25% saja.
Terdapat kekuarangan realisasi penerimaan sebesar 65 T dikurang 45 T = 20 triliun anggap saja dapat ditarik ditagih penuh pada tahun anggaran 2015. Sementara APBD DKI tahun 2015 sebesar 72 triliun lebih, artinya masih kurang 52 T lagi. Berapa persen yang akan terealisasi pada 2015. Dengan kondisi perekonomian yang indikasinya rupiah melemah hingga kurs mencapai Rp.12.971 / USD. Apakah masih optimis?
Kira kira begitulah problema yang akan dihadapi pada 2015. Beberapa proyek unggulan, misalnya proyek mengatasi banjir dan masalah kemacetan Jakarta sesuai janji kampanye bakalan terkendala realisasinya. Konsekuensinya, masyarakat akan rame rame ngebuli nyumpahin sang pemimpin di medsos. Permasalahan yang bisa bikin stress. Modal minim keinginan besar, pepatah jaman dulu "besar pasak dari pada tiang". Berjanji ketika kampanye gampang tapi untuk realisasinya nanti dulu, dananya dari mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H