Setelah berita kompas.com yang berjudul Gayus Sempat Ke Singpura? ( Minggu , 2 Januari 2011 ) berdasarkan adanya surat pembaca Devina. Sekretaris Satgas Gabungan Pemberantasan Mafia hukum, Denny Indrayana menyiarkan foto paspor Sony “Gayus” Laksono di micro blogging flixi.com. Kenapa harus ngetwit? Dalam konteks ini kemungkinan ada hubungannya antara surat pembaca oleh Devina dengan twit foto paspor oleh Denny, bukan tindakan yang berdiri sendiri namun mempunyai kaitan satu sama lain.
Pertanyaan dapat dimulai dari siapakah sebenarnya Deviva? Nampaknya subjek ini luput dari perhatian dan cenderung tidak dikejar lebih teliti oleh pers. Apakah surat pembaca yang dibuatnya itu atas inisiatif sendiri atau disuruh oleh pihak lain. Devina sendiri selanjutnya menghindar dari liputan media pers. Mungkin figur ini nantinya akan muncul memberikan “keterangan resmi” melalui acara jumpa pers di Mabes Polri.
Pertanyaan selanjutnya adalah kapan foto paspor Sony “Gayus” Laksono itu dibuat. Siapa yang memotret paspor tersebut apakah oleh Denny sendiri atau anggota satgas lain atau oleh orang lain yang cuma iseng doank. Paspor merupakan dokumen yang bersifat pribadi. Tidak gampang untuk memotret paspor seseorang jika tidak punya alasan tertentu yang meyakinkan. Secara umum paspor hanya ditunjukan oleh pemiliknya kepada petugas berwenang seperti pejabat imigrasi atau atas permitaan polisi di luar negeri.
Dalam hal lain, paspor hanya diserahkan kepada tour leader untuk urusan chek in hotel di luar negeri dan tidak akan diberikan secara ceroboh oleh pemiliknya apalagi untuk dipotret oleh orang lain untuk maksud yang tidak jelas urusannya.
Mengingat sebelumnya, Denny Indrayana pernah bertemu GHT di Singapore, apakah satgas memotret paspor Sony “Gayus” Laksono pada saat itu.? Pertanyaan ini berkaitan dengan heboh berita foto ketika “orang mirip Gayus” tertangkap kamera wartawan kompas menonton pertandingan tennis di Bali pada bulan Nopember 2010. Berita foto GHT memakai wig dan berkacamata.
Sementara kesaksian surat pembaca Devina menyebutkan bahwa dia melihatnya pada 30 September dalam pesawat Air Asia dalam penerbangan ke Singapore yang menurut polisi bahkan duduk dekat dengan Gayus, yakni di satu deretan bangku nomor 11.
Jika benar bahwa foto paspor Sony “Gayus” Laksono dipotret oleh Denny Inrayana atau anggota Satgas lainnya ketika mereka beremu di Singapore, berarti keberadaan GHT dengan paspor palsu sudah diketahui sebelum heboh berita GHT nonton pertandingan tennis di Bali pada Nopember 2010.
Berita Tempo interaktif menyebutkan: "Pihak kepolisian Singapura juga akan menangkap GT (Gayus Tambunan)," kata Denny, Rabu 31 maret 2010. Soalnya, Gayus masuk dengan memalsukan identitas di paspornya. Gayus makin luruh saat Denny mengatakan, "Jika di penjara di Singapura, itu jauh akan lebih menderita bagi GT dan keluarga."
Mengapa pula GHT bisa jalan jalan ke Singapore pada bulan September 2010. Apakah karena info peting itu tidak dikoordinasikan kepada kemenkumham, kepada ditjen imgrasi. Ataukah info itu memang disembuninykan? Mungkin banyak lagi pertanyaan yang belum bisa dijawab.
Ada kemungkinantokoh kunci ini berangkat keluar negeri pada Februari 2010 dengan nama Sony Laksono dan pulangnya dengan nama GHT, luput dari ketelitian petugas imigrasi di bandara Soekarno Hatta karena masuknya kembali bersama Satgas. Kemungkinan secara administrative keimigrasian, Sony “Gayus” Laksono tidak pernah pulang kembali ke Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H