Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Debat dan Polemik PSSI Lebih Seru Dibanding Pilpres 2014

15 Juni 2014   04:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini 14 Juni 2014 adalah hari kesepuluh musim kampanye Pilpres 9 Juli 2014. Debat dan polemik di kanal politik Kompasiana ramai dan seru. Tetapi "pertempuran" opini dan komentar di kanal bola Kompasiana ketika dualisme PSSI tahun lalu jauh lebih seru dibanding perseteruan pada musim kampanye Pilpres 2014. Kalau dulu pihak yang katanya  “illegal” adalah KPSI dibawah komando La Nyalla Mattalitti dan Sekjen Joko Driyono. Berhadapan dengan PSSI legal dibawah pimpinan  Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin dan Tri Goestoro, Sekjen hasil Kongres PSSI di Solo

Kelompok PSSI ini yang mendominasi kanal bola kompasiana. Perdebatan muncul memang tidak seimbang karena kompasianer pendukung PSSI “legal” sangat banyak dan artikel dan komentar mendominasi. Namun perlawanan dari kelompok  pendukung “PSSI illegal” cukup sengit . Kelompok “PSSI legal” tampil massif dengan gaya frontal. Selalu muncul dengan artikel dan koment kapan saja, siaga penuh 24 jam. Mereka siap menyerbu artikel dan komen siapa saja yang berbau dan bernada menyerang “PSSI legal”. Kelompok ini tampil bergaya seperti “sheriff” penegak hukum, “pejuang reformasi.”

Ketika satu artikel dari kelompok sendiri tayang segera saja dibanjiri dukungan pujian mantab, tak ketinggalan vote "aktual" dari ratusan PSSI lover, karena jumlahnya memang jauh lebih banyak dibanding KPSI Lover. Pada pihak sebelah , kelompok pendukung “penyelamat” sepak bola atau KPSI. tak kurang heroiknya, tampil dengan taktik strategis gaya gerilya. KPSI lover “terpaksa” bergerilya karena jumlah kelompok ini lebih sedikit. Mereka mengintip titik terlemah dan menyerang tanpa ampun sampai pihak lawan kehabisan kata kata. Perlawanan dalam perdebatan seru terkadang off side dan hanya tinggal umpatan caci maki dan sumpah serapah.

He he he seru banget menyimak mereka yang terlibat perseteruan itu. Ngeri ngegri sedap, hanya yang bernyali besar mau tayang artikelnya di kanal bola ketika itu. Jika bisa disimpulkan, “pertempuran sengit” ketika itu adalah antara “kelompok perjuangan” sepak bola kerakyatan melawan “kelompok penyelamat” sepak bola nasional.

Jika kita bandingkan dengan kondisi actual sekarang dimana “pertempuran” artikel dan komentar pada musim kampanye Pilpres 2014 di kanal politik Kompasiana, kesan saya sama seperti dulu di kanal sepakbola. Merupakan battle on final round yang habis habisan. Kalau dulu yang tampil sebagai juara adalah kelompok “penyelamat” mengalahkan kelompok “perjuangan”.

Terbukti dengan bercokolnya tokoh KPSI, La Nyalla Mattalitti sebagai Wakil Ketua pada struktur organisasi PSSI mendampingi Ketua Umum Djohar Arifin Husin. Artinya kelompok penyelamat” yang keluar sebagai pemenang.

Apa yang terjadi pada dinamika berkembang di organisasi sepakbola ketika itu analog dengan keadaan “perseteruan” pada musim kampanye Pilpres 9 Juli 2014. Sekarang lagi seru-serunya antara “kelompok perjuangan” pendukung Jokowi-JK beradu argumentasi dengan “kelompok penyelamat”  pendukung Prabowo-Hatta.

Jika kita dalam posisi rational mencerna argumentasi mereka dengan dialektika dan kerangka berfikir dialogis. Kedua pihak dapat kita simak kualitasnya masing masing melalui tayangan artikel dan komen di kanal politik Kompasiana.

Kelompok manakah yang akan tampil sebagai pemenang?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun