Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari Kebijakan BJ Habibie Tidak Menaikkan Harga BBM

23 Juni 2013   12:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:33 6668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371964462953097138

Tidak ada  Presiden kita yang mampu menahan diri untuk tidak menaikan harga BBM, demikian tulis seorang facebooker.

Gerakan reformasi menumbangkan orde baru diantaranya dimaksudkan mengatasi  masalah ekonomi  “ wong cilik” yang katanya semakin terhimpit. Pemerintah Orde Baru dibawah Soeharto tidak bepihak kepada rakyat kecil, berpihak kepada orang kaya, kapitalistik dengan cara KKN. Begitulah isu politik yang dihembuskan dan menghasilkan dukungan yang begitu kuat sehingga Orde Baru rubuh runtuh.

Pertanyaan facebooker ini menjadi relevan ketika pada 22 Juni 2013 kembali pemerintah SBY-Budiono menaikan harga BBM. Sehingga orang menelusuri kembali jejak kebijakan harga BBM sejak Orde Reformasi berkuasa, apakah ada Presiden yang tidak menaikan harga BBM. Sepertinya memang tidak ada presiden yang tidak menaikan harga BBM, jika BJ Habibie tidak dihitung sebagai bagian dari gerakan reformasi.

Mulai dari Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Puteri  dan Susilo Bambang Yudhoyono . Semuanya pernah membuat kebijakan menaikkan harga BBM. Ketiganya mempunyai alasan yang sama mengapa mereka menaikan harga BBM yaitu realitas anggaran tertekan deficit. Penerimaan negara dari sektor Migas lebih rendah dari belanja impor BBM akibat kebijakan subsidi. Pemerintah menetapkan harga dibawah realitas harga pasar.


[caption id="attachment_269917" align="aligncenter" width="566" caption="Grafik Harga BBM 1998 - 2013 ( Syams Jr.:Dari Berbagai Sumber )"][/caption]

Presiden B.J Habibie dilantik sebagai Presiden R.I pada tanggal 21 Mei 1998 atau beberapa hari setelah kerusuhan tanggal 12 Mei 1998. Setelah Pemerintah Orde Baru memutuskan menurunkan harga BBM pada tanggal 15 Mei 1998. Premium dari Rp.1200 menjadi Rp.1.000. Solar dari Rp.600 turun ke Rp.550. Minyak Tanah dari Rp.350 ke Rp.280/liter. Suatu keputusan yang dibaca oleh IMF akan melemahkan kemampuan untuk membayar kembali pinjaman internasional. Karena penerimaan dari hasil ekspor crude oil akan lebih rendah dari belanja impor BBM dan beban subsidi terhadap APBN akan semakin membengkak.

Tetapi pada masa pemerintahanan Presiden B.J Habibie pemerintah tidak menaikkan harga BBM. Pemerintahan beliau baru berumur dua puluh satu hari sejak Pak Harto mundur pada 21 Mei 1998. Beliau tidak mencabut subsidi harga BBM,  mengambangkan harga BBM sesuai harga pasar. Sebab pasti tidak bisa terjangkau oleh masyarakat.

Strategi BJ Habibie adalah berupaya keras mengangkat nilai mata uang rupiah terhadap US Dolar. Sebab jurang menganga lebar antara kurs rupiah terhadap dolar menjadi beban berat APBN. Kurs rupiah terhadap dolar mencapai Rp.17.000 per USD setelah mata uang Yen Jepang terhadap dolar terseret depresiasi pada 12 Juni 1998.

Perundingannya dengan IMF hanya menghasilkan tarik ulur agar BJ Habibie menarik gagasannya membangun industry strategis Indonesia. Namun beliau tetap pada pendiriannya. Pendekatan IMF adalah bagaimana mengatur uang agar pinjaman Indonesia diselesaikan. Pendekatan BJ Habibie adalah bagaimana mengatur peningkatan produktivitas dan daya saing rakyat Indonesia.

Pada sisi lain rakyat membutuhkan BBM dengan harga terjangkau. Ketidak mampuan rakyat merupakan keniscayaan bagi beban APBN. Indonesia memerlukan pemulihan kepercayaan internasional untuk kembali memasukan modal ke Indonesia. Masyarakat internasional harus membantu rakyat Indonesia memulihkan tingkat produktifitasnya. Jika tidak dibantu maka semuanya akan gigit ekor sendiri.

BJ Habibie membuat masyarakat international bersimpati kepadanya “You should understand my background, I am tiny, animated man. ''I am not a politician; I am not even interested in politics. And suddenly I had to take over''. - '' Anda pasti memahami latar belakang saya, orangnya kecil, pria bersemangat'' Saya bukan politisi, saya bahkan tidak tertarik pada politik. Dan tiba-tiba saya harus mengambil alih.''

Mungkin ungkapannya inilah yang membuat masyarakat internasional bersimpati dan kembali memasukan modalnya ke Indonesia. Semacam  pesan yang  meyakinkan bahwa kemampuan penguasaan teknologi akan meningkatkan daya saing dan produktifitas rakyat Indonesia. Mungkin juga pernyataanya akan menyelenggarakan Pemilu pada 1999 berdasarkan kekuasaan kepresidenan menumbuhkan kembali kepercayaan internasional.

Sebab sebagaimana diketahui bahwa sejatinya masa jabatan BJ Habibie berdasarkan pasal 8 UUD 1945 mestinya baru berakhir pada 2003. Tetapi beliau mempercepat penyelenggaraan pemilu pasca reformasi. Mungkin statement BJ Habibie ini memberikan gambaran yang jelas bahwa stabilitas politk dan demokratisasi akan segera terwujud. Sehingga dalam tempo seratus hari, stabilitas harga membaik. Geliat produktifitas ekonomi rakyat memberikan harapan baru. Kurs mata uang Rupiah terhadap Dolar menyesuaikan diri menjadi Rp.6.500 per US dolar.

Ada guyonan pebisnis industry pesawat terbang, ” If Habibie succeeded in flying his N250, that’s means the French ATR 72 will remain on the runway”. Jika N250 Habibie bisa terbang, itu berarti ATR72 Perancis akan tetap tinggal di landasan. Inilah masalah besar bagi kepentingan kapitaslis barat yang membuat IMF tarik ulur untuk membantu Indonesia. Meski tidak semuanya berangapan begitu, masih ada kalangan  industrialis yang optimis. Karena pandangan mereka ; “every days you have problem but you should be think behind problem is opportunity.”

Tetapi saya berpikir bahwa keberhasilan  memperkuat nilai mata uang rupiah dari Rp.17.000 per US dolar menjadi Rp.6.500 per US dolar dalam 17 bulan, adalah berkah dan rahmat Allah SWT kepada seluruh rakyat Indonesia karena kepemimpinan figure yang tulus ikhlas tanpa politicking. ''I am not a politician; I am not even interested in politics”.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun