Ketika Partai Golkar berhasil meraih 18.432.312.atau 14,75 persen hasil final rekapitulasi suara yang diumumkan KPU tadi malam, wajar jika Abu Rizal Bakrie (ARB) maju terus pada Pilpres 9 Juli 2014. Wajar jika ARB menghormati konstituen dan kader Partai Golkar yang setia mendukungnya. Seperti umum diketahui bahwa elektabilitas ARB rendah namun raihan suara sebesar itu membuktikan bahwa kader dan masyarakat pendukung partai Golkar menunjukan kesetiaan, kerja keras memenagkan Pileg 9 April 2014.
Jika ARB mundur dan bersedia sebagai cawapres Prabowo, langkah itu dapat diartikan bahwa ARB menghianati pemilih partai berlambang pohon beringin tersebut. Raihan 18.432.312.suara atau 91 kursi di DPR RI adalah hasil kerja keras dan realitasnya memang tidak mudah mencapai perolehan suara sebesar itu.
Sewajarnya ARB dengan posisi sebagai Capres berkoalisi dengan Prabowo sebagai cawapres karena peroleh suara Partai Gerindra yang meraih 14.760.371 atau 11.81 persen dengan 73 kursi DPR RI. Prabowo Subianto dan Partai Gerindra tentu memahami realitas ini. Presiden dan Wakil Presiden adalah satu kesatuan institusi Kepresidenan sesuai UUD 1945. Kiranya tidaklah menjadi hambatan untuk berjuang bersama mengemban amanah mencapai kesejahteraan rakyat. Menduduki jabatan Presiden atau wakil Presiden bukan masalah gensi pribadi.
Pada perhitungan lain, jika Partai Gerindra tidak ikut berkoalisi bersama Partai Golkar maka ARB dapat membentuk koalisi “tenda besar” bersama Demokrat, PKB, PKS, PPP dan PBB. Seperti kita ketahui Pemerintahan SBY – Budiono membentuk Sekretariat Bersama Gabungan Partai Demokrat, Golkar, PAN, PKS, PKB, dan PPP.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI