Once upon time, sepasukan bhayangkari mendatangi rumah Nirondo Putih, kedatangan pasukan kerajaan Mayapait itu mengegerkan dusun. Warga Tebupait berdatangan ke pekarangan rumah Nirondo Putih, ingin mengetahui apa gerangan yang akan terjadi.
Umumnya warga dusun bertanya-tanya, apakah ini penangkapan?, siapa yang ditangkap?. Tetapi mengapa pasukan bhayangkari membawa kereta kencana yang biasanya hanya digunakan oleh penghuni kaputren istana?
Tak lama kemudian terdengar tangis bayi, si Ledong menangis karena disapih Nirondo Putih ketika masih menetek ibunya. Emaknya Ledong terlihat keluar gubuk tanpa menoleh sesiapapun, dia lalu dibimbing prajurit bhayangkari menaiki kereta kencana.
Sesaat seluruh warga yang hadir terdiam, sepiiii hening seakan malaikat sedang lewat. Heniiing hingga kereta kencana menghilang dibalik kabut malam musim hujan.
Keheningan dipecahkan suara sang akuwu, “emaknya Ledong boyong ke istana”.
……Ooohhhhhhh…
Warga bubar, gadis cantik bunga dusun Tebupait diboyong ke istana raja seperti mengungkap separoh rahasia. Seperti pembenar bahwa ayahnya Ledong memang orang istana. Namun siapakah dia? Masih tersisa tanda tanya.
***
Notes : Cerita ini sepenuhnya fiksi, adaptasi dari folklore rakyat di Kalimantan Selatan tentang adanya hubungan antara Kerajaan Majapahit di Jawa Timur dengan Negeri Candi Laras, Kerajaan Negara Dipa di Sungai Salai, Margasari - Kabupaten Tapin - Kalimantan Selatan.
Revisi dari tulisan sebelumnya
http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/11/11/lembu-bodong-318464.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H