[caption id="" align="alignleft" width="259" caption="Maskot kapal latih KRI Dewa Ruci ( Google.doc )"][/caption]
Lembu Ijo satu satunya prajurit bhayangkari Mayapait yang ditugaskan sebagai pengawal keranda Pangeran Tebupait, ketika diinterogasi Patih Panimba Segara, Lembu Ijo berceritera bahwa dia memang memergoki Patih Pambalah Batung menyingkap tabir keranda. Tapi kemudian Patih Pambalah Batung menangkap dan mengikat Lembu Ijo. Dalam keadaan gelap dan kapal terobang ambing ketika diamuk badai mereka bergulingan di lantai geladak;
Kepala saya terbentur dan saya tidak tahu lagi apa yang terjadi.
Jadi kamu tidak melihat Patih Pambalah Batung yang melemparkan Pangeran Tebupait kelaut bersama kerandanya.
Saya hanya sempat memergokinya menyingkap tabir keranda.
Dengan kata lain kamu tidak bersedia bersaksi didepan mahkamah bahwa Patih Pambalah Batung yang melemparkannya kelaut di saat amuk badai malam itu.
Maaf tuan, bukankah tuan mendengar sendiri tuan Patih Pambalah Batung mengatakan bahwa Pangeran Tebupait adalah seorang yang cacat dan tidak layak bersanding dengan Tuan Puteri Laras Tunjung Sari.
Patih Panimba Segara terdiam dalam hatinya berkata benar juga ya.
Amang Ical terdiam dalam hatinya berkata benar juga ya.
Perwira Pertama terdiam dalam hatinya berkata benar juga ya.
Beberapa Hulubalang yang ikut menyaksikan interogasi itu juga terdiam dalam hatinya berkata benar juga ya.
***
Patih Panimba Segara bersama Amang Ical, Patih Garuntung Waluh dan Patih Garuntung Manau, dengan jelas mendengar dang mengingat kesepakatan yang dibuat Jenderal Patih Pambalah Batung sebagai pemimpin misi dengan Patih Gajah Maya di bangsal keraton Mayapait. Sangat jelas terngiang kembali, bahwa mereka sepakat dan berjanji tidak akan membuka keranda untuk melihat sang pangeran sampai keranda disandingkan di pelaminan dengan Puteri Laras Tunjung Sari.
Kedatangan tuan meminta putera raja kami untuk dinikahkan dengan puteri raja tuan di negeri seberang, bagi saya dan juga mahapatih sulit memahaminya. Kami tidak bisa melihat paras wajahnya untuk mengenali ndoro Puteri Laras Tunjung Sari, karena tidak dibawa serta bersama rombongan tuan, kami sulit memperimbangkannya. Namun raja kami adalah raja yang bijaksana tidak akan menolak permintaan tuan, beliau setuju memberikan Raden Putera bernamaPangeran Tebupait.
Syaratnya cuma satu, Maharaja kami menitahkan kepada anda semua para utusan dan siapa saja, tidak boleh melihat putera raja kami yang sekarang ada dalam kerandaini. Keranda ini hanya boleh dibuka ketika bersanding dipelaminan dengan ndoro puteri raja Negeri Candi Laras.
Apakah kita sepakat?
Kata kata itu melekat dalam ingatan mereka yang hadir pada saat perjanjian itu disepakati. Tapi sekarang perjanjian itu cedera karena ambisi Jenderal Patih Pambalah Batung. Sang jenderal tidak ingin dinilai bodoh oleh Mahapatih Negeri Candi Laras karena membuat kesepakatan itu, apabila nantinya ternyata ketampanan Pangeran Tebupait tidak sepandan dengan kecantikan Puteri Laras Tunjung Sari.
Patih Pambalah Batung diam diam berupaya menyingkap keranda yang diselimuti tabir kain sutera kuning bertatah gambar burung elang kepala dua bercakar sembilan.
***
Lembu Ijo sendiri juga terdiam tapi dia sedang berfikir keras apakah sekarang adalah saat yang tepat dia membuka penyamarannya. Dia berfikir sekarang dia berada di tanah seberang jauh dari Kerajaan Mayapait. Sendirian di atas kapal di negeri orang, segala kemungkinan bisa terjadi bahkan bisa saja tiba tiba berhadapan dengan maut.
Bertindak lebih baik dari pada berfikir, situasi yang dihadapi sekarang adalah saat bertindak dan bukan waktunya berfikir, demikian kata hatinya.
Tuan Nakhoda,….. Lembu Ijo berkata memecah kebekuan suasana.
Bolehkan saya berbicara empat mata.
Tidak……tapi boleh dengan enam mata.
Patih Panimba Segara memandangi hulubalang dan perwira pertama. Dengan sorot matanya dia perintahkan mereka pergi, kecuali Amang Ical yang tetap berada disampingnya.
Jadi sekarang kamu mau bersaksi...... silahklan...... Aku Patih Panimba Segara dan Tuan Saudagar Amang Ical akan mendengarkan kesaksiannu.
Ucapan kamu sekarang akan kami hadapkan ke mahkamah Negeri Candi Laras. Kata kata kamu sekarang akan melawan kamu sendiri di mahkamah bilamana kamu berkata tidak benar.
Bukan kesaksian saya tuan nakhoda.
Lantas apa…?
Sebenarnya sayalah Pangeran Tebupait yang sesungguhnya, sengaja under cover sebagai Lembu Ijo prajurit bhayangkari demi keselamatan saya sendiri.
Perwira Pertama.... tahan orang ini ; teriak Patih Panimba Segara. Lembu Ijo dikawal turun dari lantai geladak digiring ke ruang bawah. Lalu kedua tangannya diikat ke tuas kayu pompa penyedot genangan air di dasar lunas kapal layar bertiang satu Prabayaksa. Dalam sekejap nyamuk nyamuk menancapdibadan dan dengan ganas menyedot darahnya.
Mengapa anda menangkapnya, Amang Ical bertanya.
Sudah jelas Lembu Ijo bersekongkol dengan Patih Pambalah Batung.
Pengakuan belum menjadi alat bukti di mahkamah. Bukankah Lembu Ijo mengatakan bahwa dia memergoki Patih Pambalah batung menyingkap tabir. Hal ini akan menjadi alibi dia tidak bersekongkol. Lembu Ijo bisa saja berdalih bahwa dia dibawah tekanan Patih Pambalah Batung.
Lantas…?
Saya sarankan Lembu Ijo dalam pengawasan penuh namun tidak perlu ditahan. Kita lihat perkembangannya apakah ada petunjuk kebenaran pengakuannya bahwa dia adalah Pangeran Tebupait yang sebenarnya.
Lalu…......?, Patih Panimba Segara memandangi Amang Ical.
Jika Lembu Ijo ternyata benar Pangeran Tebupait yang sesungguhnya, tentu akan tidak baik bagi anda. Karena dia akan menjadi menantu Mahapatih dan mungkin dinobatkan sebagai Raja mahkota. Anda harus pikirkan hal itu. Amang Ical memberikan nasihat yang cerdas.
Bagaimana kita bisa segera membuktikannya sebelum sandar di dermaga Sungai Salai Negeri Candi Laras.
***
Selikur artinya duapuluhsatu, malam ketujuh setelah purnama penuh selalu terdengar tembang dengan suara yang teramat merdu. Si Ledong memang beruntung memiliki paras wajah tampan setampan saya namun memiliki kelebihan lain yaitu suaranya yang merdu. Setiap malam likuran dia membaca kakawih tanah Tebupait yang berkisah tentang gadis tercantik bunga dusun yang diboyong ke istana menjadi selir Sang Prabu Raja Mahkota.
Tujuh malam sudah purnama pergi.
Hanya tersisa sedikit cahayamu bulan.
Tetapi cukuplah cahyamu membelai jiwaku.
Dalam mimpiku kau selalu ada bersinar terang.
Besok malam kita akan dengarkan apakah Lembu Ijo mampu memperdengarkan kakawih tanah Tebupait yang biasanya didendangkan sang pangeran. Kita akan dengarkan dan bandingkan suara merdunya dan juga runtut syairnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H