Mohon tunggu...
Syamsuddin B. Usup
Syamsuddin B. Usup Mohon Tunggu... wiraswasta -

Kakek dari sebelas cucu tambah satu buyut. Berharap ikut serta membangun kembali rasa percaya diri masyarakat, membangun kembali pengertian saling memahami, saling percaya satu sama lain. Karena dengan cara itu kita membangun cinta kasih, membentuk keindahan hidup memaknai demokrasi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Xyāk kin cîngck crakhê , Cicak Mau Makan Buaya

5 November 2010   12:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hen Thak Sri nyesel abis mengapa dia mau saja memenuhi undangan bermain poker dari koleganya yang Kepala Departemen Kepolisian. Awalnya hanya sekadar sosialita tetapi semakin larut malam berubah menjadi ajang judi dengan taruhan besar dan dia kalah…ludes. Bukan gara gara main poker yang menyebabkan bencana menimpa dirinya. Dia merenung dan lebih menyesal mengapa pula dia harus mabuk alcohol…

”betapa bodohnya saya melakukannya pada hal tak terbiasa minum tequila” .......rintihnya dalam hati. Mengapa pula dia menyetir sendiri ketika pulang kerumah usai bermain poker.

Biasanya ajudan yang merangkap sopir pribadi selalu mendampinginya, malam itu dia mengijinkan ajudannya pulang lebih awal. Keadaan jadi kacau balau, menyetir dalam keadaan mabuk dan menabrak perempuan muda yang sekarang lagikritis di rumah sakit... Hen Thak Sri, jaksa khusus extraordinary crime mendapatkan dirinya sekarang di sel tahanan polisi………sial

***

Hanya satu berita yang dia harapkan pagi ini bahwa gadis itu bisa melewati kondisi kritis dan para dokter menyelamatkan jiwanya. Thak Sri tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya jika gadis itu tewas dalam kecelakaantadi malam.. Dia gemetar, jantung berdetak keras, inspektur datang menghapirinya. Seluruh persendian dan bahkan otaknya serasa lumpuh ketika inspektur itu mengabarkan bahwa gadis itu meninggal dunia.

“Sekarang tim dokter spesialis kandungan melakukan bedah Caesar, gadis itu ternyata hamil dan anak dikandungannya masih hidup”.

Sangat jelas kata kata inspektur dan terngiang ngiang ditelinganya, bergaung hingga relung hati Hen Thak Sri.

***

Xyāk kin cîngck crak̄ kata Ohs No Twegee dengan nada datar sambil mengurut kartu pokernya. Ungkapan dalam bahasa Thai artinya ‘cicak mau makan buaya’. Sepertinya dia menyindir teman mainnya sebagai orang gak berduit namun bermain di meja taruhan besar. Kontan saja gumam Ohs No itu memancing emosi pokerman lainnya sehingga taruhan jadi semakin besar.

Kemenangan besar di meja judi memang tidak pernah masuk koran maupun media online. Tetapi berita dengan sangat cepat menyebar darimulut ketelinga seantero pejabat kota Bangkok. Pergunjingan semakin menjadi jadi bahwa seorang kepala polisi menang judi sangat besar sehingga Bong Huat Ie menjadi miliarder dadakan, orang kaya baru. Alias OKB.

Gosip itu membangkitkan naluri Hen Thak Sri sebagai jaksa khusus extra ordinary crime untuk mengumpulkan informasi dan mengatahui sendiri apa benar kepala kepolisian gemar berjudi dengan kedok bermain poker hanya sekadar sosialita.

Gosip yang lebih serius adalah kasus pengaduan seorang pengusaha SingapuraHo Cing Shuk, tentang penipuan dan penggelapan oleh mitra dagangnya Teddy Nirvana. Sudah lebih dua tahun kasus nirvana disingkirkan dan tidak diproses. Hen Thak Sri hampir menemukan bukti bahwa kepala kepolisian terlibat suap oleh Nirvana. Caranya, Teddy Nirvana selalu mengalah dalam taruhan sangat besar kepada Bong Huat Ie ketika bermain poker. Dan itulah yang terjadi ketika sang jaksa brilian ikut bermain poker disana.

***

Hari ini adalah hari ke lima belas Hen Thak Sri terpenjara di sel polisi, berarti 15 hari pula umur bayi dari gadis yang tewas karena kecelakaan itu. Dia terheran heran mengapa pula dilakukan tes DNA terhadap bayi………dan hasilnya cocok dengan DNA sang jaksa…….

Dakwaan dan tuntutan dengan ancaman hukuman terberat menghadang dirinya bahwa insiden tabrakan itu bukan kecelakaan biasa tetapi pembunuhan berencana berlatar belakang perselingkuhan sang jaksa khusus extra ordinary crime.

Hen Thak Sri merasa dunianya berputa putar, hancur berantakan. Pandangannya berkunang kunang lalu dia jatuh pingsan….tangannya memegang koran berbahasa Indonesia dengan berita berjudul “…… korban rekayasa kasus Cicak vs Buaya”. Dia belum sempat minta tolong terjemahkan berita itu ke dalam bahasa Thai.

*****

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun