Perannya sangat dinantikan, pesan motivasi di sajikan untuk memberikan bimbingan. Karna waktu yang di alami perempuan lebih banyak bersama generasi nya ketimbang laki-laki.Â
Supaya mencapai harapan, minimal sumberdaya perempuan harus produktif untuk menceritakan pengetahuan terbaru kepada generasinya dengan cara mencintai buku dari sekarang, menulis apa yang diketahui. Agar tulisan yang sajikan bisa menjadi bacaan pada generasi bahwa orang tuanya pernah hidup di masah lalu.
Bukan terperdayakan dengan keadaan selama ini, perempuan hebat berawal dari mencintai buku. Perempuan yang mencintai buku kebanyakan pekah dengan kondisi yang terjadi di lingkungan sekitar, perempuan yang mencintai keporiaan lebih suka pekah terhadap barang belanjaan.Â
Kita perluh bermimpi setinggi impian soekarno untuk menghadirkan 10 pemuda Indonesia, dari mana mendapatkannya. Pastinya dari 10 rahim perempuan yang mencintai buku.Â
Di senayan sana kaum laki-laki lebih mendominasi dalam sistem, ketimbang kaum perempuan. Jika kalau ada dari perempuan pastinya perempuan yang mencintai buku, partisipasi perempuan terhadap pendidikan itu karna 130.000 anak Indonesia yang mengalami keterbelakangan pendidikan adalah perempuan.Â
Itu dikarenakan yang lebih mendominasi tokoh buku adalah kaum laki-laki, sedangkan perempuan lebih banyak di mol. Mari membangun harapan generasi dengan literasi, dengan cara membaca, menulis dan lain-lain.Â
Semua termuat dengan tujuan, kelak akan ada dari kita menikmati kejayaan Indonesia. Sebelum kaum perempuan memahami apakah dia perempuan atau cewe ? Itu perluh di ketahui. Karna perempuan berada pada sistem, sedangkan cewe berada di luar sistem.
#SalamLiterasi
#KompasianerAmboina
#RumahBacaKapataSawai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H