DUNIA TERDESKTRUTIF SECARA EKSPONENSIAL. Belum satu dekade, dunia dan kehidupan di diskrupsi oleh digital, dan banyak perusahaan memperkirakan proses ini walau cepat tetap akan betahap. Seperti temuan McKinsey (2020) yang mengemukakan bahwa hampir 92 persen perusahaan mengira model bisnis mereka akan perlahan berubah sesuai proses digitalisasi , dari Era Industri 3.0. era sampai memasuki Era Indutsri 4.0 dan dosial 5.0 kemudian masuk Abad 21 adalah Era Big Data.
Namun Covid 19 telah merevolusi semua. Â Saat ini tidak ada pilihan, perusahaan "Dipaksa" memasuki Abad Virtual. Yang semula ragu dan hanya mengalokasikan sebagian kali ini harus masuk abad virtual secara paripurna.Â
Bekerja, Belajar, Berkegatan ekonomi/memesan makanan dan belanja untuk kehidupan sehari -- hari semuanya dilakukan dengan Virtual dari rumah. Ini akan memberi implikasi besar bagi semua organisasi termasuk perusahaan.Â
Seperti disampaikan oleh Accenture (2020) dalam laporannya : The Human Experience: How organizations should respond to the experience implications of COVID-19, mengemukakan bahwa terdapat beberapa implikasi bagi organisasi /perusahaan sebagai dampak dari Covid 19 , antara lain;
Ekosistem Kesehatan Ada dalam Semua Bisnis
Infeksi, telah memainkan peran utama dalam epidemi, Infeksi lah yang kali  ini memisahkan orang dari satu sama lain. Karena penyakit ini bisa ada pada manusia mana pun, cara teraman adalah menjauh dari orang lain. Setiap orang pasti khawatir akan keamanan dan kesehatannya,
Kekhawatiran tentang kesehatan selama krisis pandemi, diproyeksikan akan tidak surut walau pandemi selesai.Â
Oleh karenanya Kesehatan akan menjadi Ekosistem baru bagi keseluruhan bisnis. Semua perusahaan harus melakukan bisnis yang sehat. Dari mulai proses strategis, proses poduksi dan sampai proses suport serta hubungan pelanggan, akan memasuki ekosisitem baru ini. Kebersihan adalah keharusan.
Meningkatnya Biaya Untuk Menjaga KepercayaanÂ
Virus Covid19, dapat menginfeksi dengan gejala yang tidak terlihat (OTG). Hal ini menimbulkan erosi kepercayaan yang luar biasa pada setiap orang. Oleh karenanya pertanyaan pertama pelanggan apabila membeli suatu produk adalah ; apakah produk ini aman? sudahkah perusahaan menjalankan protokol kesehatan ?
Dampak seperti di atas sudah dirasakan banyak perusahaan. Lihat bagaimana PT HM Sampoerna, hanya karena 2 orang pekerja terpapar, maka selain menutup pabrik juga mengkarantina tidak hanya pekerja tapi juga prouduknya ( Kompas, 01/05/2020). Pada saat itu orang pun ragu, untuk membeli rokok tersebut.
Budaya baru adalah menerapkan "Safety First" dalam setiap kegiatannya. Menjaga keselamatan dana keamanan diri (juga keluarganya ) terlebih dahulu adalah utama. Individualisme diprediksi akan meningkat. Oleh karena itu ke depan perusahaan harus bekerja keras membangun kepercayaan ini. Dan dalam konteks yang sama perusahaan juga harus menerapkan prinsip "safety first".. Pada akhirnya perusahaan harus menambah kan biaya untuk meningkatkan kepercayaan ini.
Dilain pihak tantangan membangun perusahaan di dalam abad Virtual adalah munculnya bias informasi. Berada dalam dunia virtual itu adalah berada dalam kebisingan informasi, akan banyak spekulasi -- karena setiap orang bebas untuk menyampaikan pendapatnya, dan di era kebisingan ini memilih informasi yang benar tentu sangat sulit. Dan justru informasi sampahlah yang mudah beredar  dan dengan mudah mempengaruhi kepercayaan pelanggan.