Kebun milik Tadashi Ueda kurang lebih 5 hektar. Di wilayah pedesaan Perfektur Tochigi. Dibuka sejak 40 tahun silam, ketika Tadashi dan istrinya memutuskan pulang kampung. Kebun itu mereka namai Wind Family Farm.
Ketika saya mengunjunginya, pada musim semi 2011 silam, Tadashi Ueda menceritakan kisah kebunnya. "Seeds are blown by the wind and spread all around. It develop the roots, grow and bear fruits. Someday, it become seed and will be blown by the wind. That's why I named my farm as Wind Family." Â
Katanya, bulir benih-benih terbang bersama angin hingga menyebar ke segala penjuru. Kemudian mengakar, tumbuh, dan berbuah. Kelak, ia kembali menjadi benih dan kembali diterbangkan angin. Itulah kenapa kebun ini dinamai Wind Family.
Tadashi juga menyebutkan, benih yang ia maksud bukan hanya benih dalam pengertian botani, tetapi juga pengetahuan dan kebijaksanaan.
Wind Family tidak punya karyawan. Sepenuh waktu Tadashi dan Ueda bekerja di kebun. Bercocok tanam sekitar 100 jenis tanaman pangan, utamanya sesayur. Mereka juga memadukan dengan peternakan kecil sebagai penyedia bahan organik bakal pupuk. Ada sekitar 100 ekor babi dan 600 ayam petelur dan ayam kampung jenis shamo.
Meski dibantu mesin-mesin pertanian seperti traktor beragam ukuran, sistem pengairan otomatis, dan lain-lain, mengurus 5 hektar berdua saja bukanlah pekerjaan ringan. Ternak dan tanaman sayuran perlu pemeliharaan rutin. Belum lagi setiap minggu Tadashi mesti memanen dan mengantarkan sayur, daging, dan telur ke 200 orang pelanggan di kota dekat kebunnya.
Untunglah pemerintah Jepang memberi "subsidi" tenaga kerja. Wind Family boleh merekrut trainee, peserta pelatihan. Ada tiga orang ketika itu. Mereka adalah anak-anak muda yang mengganggur dan ingin belajar pertanian. Mereka mendaftar ke semacam Balai Latihan Kerja (BLK) milik pemerintah. Mungkin sepadan dengan BLK milik kementerian tenaga kerja di Indonesia. BLK kemudian mengirimkan para peserta peserta latihan ini ke petani-petani organik yang butuh bantuan tenaga kerja.
Ureshipa
"Kehadiran trainee sangat membantu para petani," ungkap Toru Sakawa pemilik Kebun Ureshipa, tempat saya belajar permakultur. Padi usai dipanen ketika saya singgah ke sana, musim panas 2011.
Saya berjumpa dengan beberapa trainee yang membantu Toru. Mereka bilang menjadi trainee banyak dapat manfaat.